Jakarta –
Perairan di sekitar Amerika Serikat (AS) merupakan rumah bagi banyak spesies yang terancam punah yang membutuhkan kebijakan konservasi berbasis sains untuk menyelamatkan mereka dari kepunahan. Mereka tidak akan mendapatkannya selama empat tahun ke depan.
Kekhawatiran ini terus menerus disampaikan para ilmuwan dan ahli konservasi, salah satunya Dr David Shiffman, ilmuwan konservasi laut yang berdomisili di Washington DC dari University of Miami.
Sebagai ahli yang berfokus pada ekologi spesies yang terancam punah dan cara melindunginya, Shiffman melihat bahwa terpilihnya kembali Donald Trump membuat para ilmuwan dan konservasionis khawatir tentang satwa liar dan tempat-tempat liar yang telah lama mereka lindungi dengan sepenuh hati.
“Hal ini terutama berlaku untuk pengelolaan sumber daya alam laut dan pesisir serta konservasi spesies yang terancam punah, mengingat retorika Trump yang terus berlanjut,” sebut Shiffman dalam tulisannya yang dikutip dari TheRevelator.org seperti dilihat Jumat (24/1/2025).
“Selama pemerintahan pertamanya, Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah yang tidak melindungi kawasan lindung ketika ia mencabut pembatasan penangkapan ikan di Northeast Canyons and Seamounts Marine National Monument, yang merupakan rumah bagi banyak spesies laut yang terancam punah dan karang laut dalam yang rapuh,” jelasnya.
Mengingat berbagai pernyataannya yang kontroversial tersebut, ilmuwan memprediksi hal itu kemungkinan akan terulang selama empat tahun ke depan masa pemerintahannya.
‘Project 2025’, buku pedoman sayap kanan untuk pemerintahan keduanya, bahkan menyerukan praktik penambangan yang sangat merusak di dalam batas-batas wilayah yang saat ini dilindungi.
Selain itu, lanjut Shiffman, ancaman terbesar bagi planet ini, perubahan iklim, diperkirakan akan memburuk di bawah Trump. Ia bahkan memerintahkan AS untuk meninggalkan Perjanjian Iklim Paris di hari pertamanya kembali menjabat.
Para ilmuwan menyebutkan, pada dasarnya tidak ada peluang untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius, ambang batas penting bagi kelangsungan hidup banyak spesies.
Ini berarti bahwa lautan akan terus mengalami gelombang panas yang mengkhawatirkan, lapisan es akan mencair, dan permukaan laut akan naik. Banyak spesies laut sudah bergerak keluar dari jangkauan historisnya atau populasinya menurun karena air menghangat di atas ambang batas hewan untuk beradaptasi.
“Rekam jejak Donald Trump maupun janjinya untuk masa jabatan keduanya menunjukkan bahwa spesies laut dan pesisir tidak mungkin mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk menyelamatkan diri dari penurunan lebih lanjut atau bahkan kepunahan,” ujar Shiffman.
Para ahli memperingatkan bahwa mengabaikan tujuan iklim kita, melonggarkan atau menghilangkan pembatasan terhadap polusi dan perusakan habitat, dan gagal memberlakukan batasan lingkungan baru pada industri akan menjadi bencana bagi banyak makhluk ini.
“Dan kita tidak berbicara tentang segelintir ikan,” katanya.
Shiffman merinci, secara keseluruhan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) bertanggung jawab atas konservasi 40 spesies laut dan pesisir yang terancam punah dan 59 spesies yang terancam punah di perairan AS.
Dinas Perikanan dan Satwa Liar AS bertanggung jawab atas lebih banyak lagi yang hidup di air tawar dan di sepanjang pantai dan pesisir. Semuanya, dan ekosistem yang mereka andalkan, menghadapi jalan yang tidak pasti saat Trump kembali menjabat.
“Saya berbicara dengan para ahli untuk mempelajari mengapa beberapa spesies ini terancam, apa yang mereka butuhkan untuk pulih dan menghindari kepunahan, dan apa yang mungkin terjadi sekarang,” sebutnya.
(rns/fay)