
Jakarta –
Kereta Api Majapahit, kereta ekonomi dari Stasiun Malang ke Stasiun Jakarta Pasar Senen tak lagi sama. Kini, tampilannya mewah tak terasa kereta ekonomi.
Penasaran akan tampilan barunya, penulis memilih KA Majapahit sebagai moda transportasi untuk kembali ke ibukota Jakarta, Selasa (26/3/2024). Penulis menunggu kereta itu transit di Stasiun Solo Jebres.
Menanti rangkaian ular raksasa yang berangkat dari titik awal perjalanan di Stasiun Malang menuju pemberhentian akhir di Stasiun Jakarta Pasar Senen harus terjaga tengah malam.
Ya, KA Majapahit singgah di Stasiun Solo Jebres sekira pukul 00.18. Bukan waktu yang mudah untuk tetap melek mata. Apalagi, ada catatan rekor sangat buruk dalam hal ini.
Dua kali dalam sebulan terakhir Seli punya trauma ketinggalan lantaran terlelap saat menunggu kereta tiba. Pertama, ketiduran di ruang tunggu Stasiun Bangil, tertinggal KA Wijaya Kusuma tujuan Banyuwangi, menjelang tengah malam. Untung, tak lama berselang masih ada jadual KA Blambangan Ekspress untuk relasi serupa.
Sebelumnya malah lebih parah, terlelap di peron Stasiun Purwosari Solo, siang hari bolong. Tak terusik sedikitpun oleh gemuruh kedatangan KA Bandara Adi Soemarmo yang seharusnya membawa ke Klaten. Masih beruntung bisa berganti menumpang KRL Commuter Line Yogya-Solo kendati harus merogoh kocek lagi, membeli tiket baru.
“Silakan masuk, Pak. Selamat menikmati pengalaman baru, KA Majapahit pakai gerbong stainless yang wah mulai hari ini,” sambut dua penjaga pintu check in saat memeriksa karcis, tetap semringah walau waktu sudah menjelang pergantian hari.
“Apa kabar, Mas. Lho, mau ke mana?” sapaan dari seorang pria berseragam PT KAI saat menuju peron.
Kami pun terlibat obrolan hangat bersama mantan masinis yang memilih ngantor di stasiun menjelang purna tugas yang dulu adalah penghuni Rumah Kost Ibu di kawasan Purwosari, Solo. Jangankan mengantuk, bahkan duduk pun tak sempat lagi hingga kereta tiba.
Awal dinihari, wujud kereta ekonomi stainless steel new generation berlabel KA Majapahit memasuki Solo Jebres. Anggun memasuki jalur empat stasiun bergaya Indische Empire era Staatsspoorwegen ini.
Tampilan luar dinding gerbong berbahan baja anti karat tak terlihat mencolok karena eksteriornya terbalut livery Selamat Idul Fitri berwarna hijau. Pintu masuk lebih lebar terasa sangat lapang, menjadi area sandar yang nyaman bagi sepeda lipat selama perjalanan tak mengganggu aktifitas keluar masuk penumpang.
Pintu masuk kabin penumpang serta penghubung antar gerbong menggunakan pintu elektrik. Aktifitas buka tutup pintu pun jadi lebih nyaman dan tak berisik alias senyap. Meski diklaim sebagai barang baru, namun model seperti ini sebetulnya pernah nongol sebelumnya pada masa renovasi awal kelas Argo.
Kesan mewah pun langsung menyergap begitu masuk kabin, saat mata menatap deretan captain seats berbalut warna biru tua dengan aksen beige pada sandaran kepala. Paduan dwi warna ini berhasil memberi kesan lebih wah daripada tampilan sewarna kursi new generation milik KA Jayabaya dan Gaya Baru Malam Selatan yang telah hadir sebelumnya.
Hampir seluruh penumpang yang naik dari Jebres malam itu pun seolah tak percaya bila yang mereka tumpangi ini adalah kereta kelas ekonomi.
“Anggap saja ini kereta argo versi sejuta umat,” seloroh satu di antara mereka disambut senyum yang lain.
Jarak antar kursi cukup lebar karena hanya berkapasitas 72 penumpang. Leg room pun lebih leluasa karena mereduksi delapan kursi bila dibandingkan generasi baru KA Jayabaya yang memuat 80 seats.
Selain sandaran yang bisa diatur kemiringannya atawa reclining, kursi pun bisa diputar sesuai arah perjalanan alias revolving. Jadi tak perlu lagi menghafal tips memilih kursi kelas ekonomi yang kadang kenyataannya di lapangan malah bikin makin membingungkan.
Kalaupun ada yang jadi ganjalan adalah letak kapstok di dinding bakal kurang pas diantara kursi. Ada beberapa nomor yang malah tidak mendapatkan gantungan barang ini.
Posisinya yang menempel di dinding atas dekat sandaran kepala malah potensial mengganggu pandangan keluar jendela. Mengapa tidak menempatkannya di bawah, dekat stop kontak listrik seperti di gerbong ekonomi subsidi?
Seperti gerbong lama, kereta ekonomi stainless steel new generation ini pun memiliki dua toilet. Tapi lebih nyaman karena semuanya toilet duduk dan dibedakan berdasar gender peruntukkannya. Keduanya berada hanya salah satu sisi kereta. Hasilnya, penumpang di kursi nomor kecil harus melangkahkan kakinya lebih jauh menuju toilet saat kebelet buang air ke belakang. Desainer kereta PT INKA yang merancang kereta ini tentu punya banyak pertimbangan perihal ini.
Terimakasih PT KAI yang terus berupaya membuat perjalanan menggunakan kereta kelas ekonomi sekalipun menjadi lebih nyaman.
Menumpang KA Majapahit membawa angan melayang jauh pada masa keemasan kerajaan yang berhasil menyatukan Nusantara ini. Seolah Maha Patih Gadjah Mada yang mengumandangkan Sumpah Amukti Palapa. Penulis berikrar pantang makan dan minum lagi setelah melewati Stasiun Tegal.
Sudah pukul 04.30, sudah masuk waktu Subuh. Saatnya memulai Puasa Ramadhan….
***
*Penulis adalah pelanggan kereta api dan gowes seli.
Simak Video “Singgung Macet Hampir di Semua Kota, Jokowi Dorong Transportasi Massal“
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)