Jakarta –
Tawarkan menu es krim yang berbeda, penjual ini justru dibanjiri kritik pedas dari netizen. Pasalnya, harga es krim itu juga mahal, dibanderol sekitar Rp 64.000.
Akhir-akhir ini memang banyak bermunculan kreasi makanan unik yang membuat banyak orang tertarik mencicipinya.
Di satu sisi, penjual makanan ini mungkin berhasil menggaet banyak minat pelanggan karena produk unik yang mereka tawarkan. Namun, ada juga penjual yang produk makanannya tidak disambut baik oleh pelanggan karena alasan tertentu. Bisa jadi karena makanan yang ditawarkan ‘nyeleneh’, rasanya tidak sepadan, atau seperti penjual ini yang dikritik karena mematok harga menu terlalu mahal.
Melalui unggahan di akun X @mhmmdhsm (06/12/2024), seorang netizen menunjukkan pemilik gerai Suka Dessert di Selayang, Malaysia, menyiapkan menu es krim terbaru mereka yang dikenal dengan sebutan ‘3 Phase Ice Cream’.
Menu es krim yang baru diluncurkan pada tanggal 5 Desember lalu itu tersedia dalam dua variasi rasa, yaitu vanilla dan cokelat.
Es krim tiga lapis ini tuai kontorversi karena dianggap kemahalan. Foto: TikTok
|
Seperti namanya, es krim ini pun terdiri dari tiga lapisan berbeda. Lapisan paling atas diisi dengan satu scoop gelato. Lapisan kedua adalah lelehan cokelat cair, dan lapisan paling bawah yaitu brownies. Es krim tersebut juga ditambah topping biskuit renyah yang ditujukan untuk mengimbangi rasa cokelat. Sehingga, pelanggan yang menikmatinya tidak terlalu ‘eneg’.
“Dia renyah supaya tidak enek. Enak es krim ini, Insya Allah sedap,” ujar pemilik gerai dessert tersebut.
Unggahan tersebut ramai dilihat dan dibanjiri komentar netizen. Mereka bukannya fokus mengomentari keunikan es krim, melainkan harga es krimnya. Pasalnya, satu cone es krim tiga lapis itu dibanderol dengan harga RM 18 atau sekitar Rp 64.000.
Banyak netizen kurang setuju dengan harga yang ditetapkan ini. Mereka merasa bahwa semakin banyak penjual menormalisasikan harga makanan dan minuman mahal.
“RM 16 (Rp 64 ribu) mahal lah untuk es krim cone kayak gitu. Saya pikir conenya dari brownies lah apa lah…memang mahal juga, gapapa kalau gitu,” ujar seorang netizen.
Begini tampilan jelas es krim Rp 64 ribu itu. Foto: TikTok
|
Dimulai dari satu penjual yang mematok harga mahal, bisa membuat menjual lain ikut menentukan harga yang juga tinggi.
“Apalah orang ini. Janganlah jualan dengan harga yang terlalu mahal. Orang kita sukanya menormalisasikan harga mahal ini. Nanti penjual lain juga jual harga mahal karena udah biasa jual harga mahal. Kesal saya,” ujar netizen tersebut.
Sedangkan netizen lain ada juga yang menganggap harga RM 18 atau Rp 64 ribu ini bukan masalah. Pasalnya, masih ada pelanggan yang mau dan sanggup untuk membeli es krim dengan harga tersebut.
“Dia (penjual) tahu itu mahal. Tapi karena permintaan, orang juga akan beli. Kalau kamu jadi penjual, kamu akan tahu,” jelas netizen lain.
Dalam menanggapi hal tersebut, pemilik gerai itu pun buka suara. Foto: TikTok
|
Usai unggahannya viral di media sosial, pemilik gerai bernama Siti Hajar Mohd Razali atau lebih dikenal dengan sebutan Aunty Ja buka suara.
Melalui unggahan di akun TikTok @sukadessert (13/12/2024), Aunty Ja menjelaskan sekaligus menjawab segala hal terkait kontroversi es krim tiga lapis ini.
Menurut Aunty Ja, dessert ini lebih mahal karena menggunakan bahan berkualitas dan memerlukan teknik khusus dalam proses pembuatannya.
“Aunty akan tunjukkan kepada Anda semua, apa yang ada di dalam es krim ini. Es krim ini tidak kosong, ada isian di dalamnya,” jelas penjual itu.
Aunty Ja menjelaskan bahwa dessert itu menggunakan gelato yang tidak memakai bahan tiruan ataupun telur. Selain itu, di dalam hidangan ini ada tiga macam makanan, mulai dari gelato, cokelat cair di bagian tengah, dan diakhiri dengan brownies.
“Es krim ini kita juga pakai gelato yang tidak mudah cair. Makanya itu, Aunty Ja sebut namanya 3 phase ice cream karena dia ada es krim, cokelat cair, dan brownies,” tambahnya.
Aunty Ja juga mengingatkan kepada penjual lain untuk tidak membandingkan usaha satu dengan usaha lainnya karena bisa jadi biaya yang dikeluarkan berbeda.
Untuk gerai Suka Dessert sendiri, Aunty Ja mengungkap mereka perlu membayar pajak 6%. Mereka juga perlu membayar pegawai dan bahan-bahan yang dipakai tidak sembarangan.
Menurut Aunty Ja, “Setiap penjual punya cost (biaya) sangat berbeda. Dan jangan pernah membandingkan harga cost satu penjual dengan penjual lainnya. Itu saja pesan Aunty Ja hari ini.”
(aqr/adr)