
Jakarta –
Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal usai kecelakaan helikopter pada Minggu 19 Mei 2024. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menyampaikan duka cita mendalam, sekaligus bicara soal dampak dari peristiwa tersebut ke harga minyak dunia.
Menurut Jokowi jika kenaikan harga minyak terjadi, dampaknya bisa merembet ke mana-mana.
“Karena kalau sudah harga minyak naik terdampak dari peristiwa itu akan berdampak ke mana-mana, ke kenaikan harga barang dan lain-lain ya kita harapkan tidak ada dampak seperti itu,” ujar Jokowi usai meninjau lokasi bencana di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (21/5/2024).
Tidak seperti yang diharapkan Jokowi, sehari setelah insiden kecelakaan yang menewaskan Raisi, terpantau harga minyak dunia langsung meroket.
Dilansir dari Reuters, pada hari Senin kemarin saja harga minyak mentah berjangka Brent naik 10 sen atau 0,1% menjadi US$ 84,05 per barel. Sebelumnya, harga minyak mentah Brent sempat tembus US$ 84,30 per barel, ini adalah harga tertinggi sejak 10 Mei 2024.
Di sisi lain, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk periode Juni 2024 turun tipis 5 sen menjadi US$ 80,01 per barel. Penurunan terjadi setelah harga WTI sempat tembus US$ 80,23 per barel pada 1 Mei silam. Sementara buat kontrak berjangka WTI periode Juli yang aktif, berada pada level harga US$ 83,75, ini naik 12 sen atau 0,1%.
Perlu diketahui juga, Iran sendiri telah menjadi salah satu ‘raksasa’ industri perminyakan global. Negara tersebut adalah produsen minyak terbesar ketiga yang tergabung dalam organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Iran memproduksi sebanyak 3 juta barel minyak per hari atau sekitar 3% dari total minyak beredar di dunia.
Bahkan, dalam dua tahun terakhir, jumlah produksi minyak mentah Iran meningkat pesat. Pada Maret 2024 saja, jumlah produksi minyak mentah Iran berkisar di angka 1,61 juta BOPD menurut Kpler. Ini adalah yang tertinggi sejak Mei 2023 ketika jumlah produksi mencapai angka 1,68 juta BOPD.
(hal/hns)