Jakarta –
Konsorsium jaringan telekomunikasi asal Jepang yang terdiri dari Docomo, NTT Corporation, NEC Corporation, dan Fujitsu belum lama ini memamerkan perangkat prototipe 6G. Kecepatan yang ditorehkan begitu mengesankan, kira-kira kapan Indonesia akan menerapkannya?
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kominfo Ismail mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara konsumen teknologi bukan produsen. Sehingga musti bijak dalam pemanfaatan teknologi baru.
Sebab menerapkan teknologi baru merogoh kocek yang tidak sedikit karena musti impor. Jangan sudah melakukan investasi besar malah nilai manfaat buat masyarakat tidak secara nyata diperoleh.
“Karena dengan membangun dengan investasi yang besar seperti itu masyarakat kan akan bertanya apakah nanti tarifnya akan naik kalau sudah ada teknologi yang baru. sementara sebagian masyarakat merasa bahwa dengan yang sekarang juga sudah bisa melakukan aktivitasnya dengan baik,” ujar Ismail di Kantor Kominfo.
Menurutnya paling tepat membangun infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan. Bukan terjebak pada perkembangan teknologinya.
“Jadi kita supaya tidak terombang-ambing, (jangan) setiap perubahan teknologi kita latah ikut-ikutan. Butuh ini butuh itu, 5G 6G kapan? tapi setelah dibangun (menghabiskan) devisa besar, (tapi) pendapatan operator juga enggak naik-naik amat. Karena kalau dinaikkan tarifnya, masyarakat akan merasa berat untuk membayar kuota per bulannya,” papar Ismail.
“Jadi kita harus menyesuaikan pembangunan infrastruktur itu sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya.
Selanjutnya Uji Coba 6G >>>
Simak Video “ Jepang Luncurkan Jaringan 6G Pertama di Dunia“
[Gambas:Video 20detik]