
Tulungagung –
Tulungagung terkenal dengan produksi kerupuk rambaknya yang renyah nikmat. Pada musim Lebaran kali ini, seorang produsen kerupuk rambak memprediksi kenaikan pesanan mencapai 200%.
Kerupuk rambak merupakan olahan kerupuk kulit sapi atau kerbau yang jadi produksi khas masyarakat Tulungagung, Jawa Timur. Menjelang Lebaran, sejumlah produsennya mulai menambah kuantitas produksi seiring peningkatan permintaan konsumen.
Menurut produsen kerupuk rambak Intan Jaya Tulungagung, Waluyo, peningkatan permintaan konsumen pada momen lebaran ini diperkirakan akan mencapai 200 persen. Biasanya lonjakan daya beli akan terjadi mulai H-5 lebaran.
“Mungkin saat ini masyarakat masih menahan. Saya yakin nanti sekitar H-5 akan lebih tinggi permintaannya. Kalau saat ini ya masih di atas normal sedikit,” kaya Waluyo, Senin (24/3/2025).
Pada momen menjelang lebaran ini, pihaknya rata-rata memproduksi 1 kuintal kerupuk rambak kulit sapi dan kerbau per hari. Hasil produksi tersebut difokuskan untuk pemenuhan kebutuhan lokal Tulungagung.
“Sekarang untuk kebutuhan toko di Tulungagung saja, sedangkan untuk luar kota seperti Surabaya sekitarnya dan Jabodetabek sudah saya penuhi di H-20 lebaran,” ujarnya.
Pengusaha kerupuk rambak di Tulungagung. Foto: Adhar Muttaqin
|
Meskipun mengalami peningkatan permintaan, pihaknya memprediksi tingkat daya beli masyarakat justru mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2024. Kondisi ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian masyarakat.
“Tahun lalu itu bisa sampai 300 persen peningkatannya,” imbuhnya.
Bukan tanpa balasan, indikasi penurunan daya beli masyarakat terlihat dari stabilitas pasokan bahan baku kulit sapi dan kerbau dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi.
“Pasokan bahan baku lancar-lancar saja dan tidak ada kendala. Ini justru menjadi pertanda, karena kalau ramai, bahan baku juga akan sulit didapatkan,” imbuhnya.
Waluyo menambahkan untuk menjaga daya beli masyarakat pihaknya tidak menaikkan harga jual produksinya. Kerupuk rambak kerbau siap konsumsi dijual Rp 185 ribu/kilogram, sedangkan rambak sapi Rp 115 ribu/kilogram.
“Kalau untuk rambak mentah Rp 5.000 lebih murah dibanding yang matang,” jelasnya.
Lebih lanjut pengusaha ini mengaku, kualitas kerupuk rambak Tulungagung cukup dikenal di kalangan masyarakat, karena pengolahannya dilakukan secara alami.
“Konsumen itu banyak yang bilang kalau rambak sini itu enak. Kebetulan kami memang menjaga betul kualitasnya. Jadi, produksi kami ini untuk penjemurannya dilakukan secara alami melalui sinar matahari,” imbuhnya.
![]() |
Pada kondisi cuaca cerah, pengeringan kulit rambak membutuhkan waktu sekitar 10 hari. Namun, jika cuaca penghujan proses pengeringan bisa mencapai lebih dari 15 hari.
“Untuk bumbu dan minyak yang digunakan juga kami jaga kualitasnya, sehingga hasilnya juga lebih baik,” kata Waluyo.
Artikel ini sudah tayang di detikjatim dengan judul “Permintaan Kerupuk Rambak Tulungagung Meningkat 200% Jelang Lebaran”
(adr/adr)