Jakarta –
Warga mengeluhkan penutupan akses jembatan penyeberangan orang (JPO) yang berada di kolong flyover Kalibata, Rawajati, Jakarta Selatan. Warga menyebut tak ada akses lain untuk menyeberangi Sungai Ciliwung di lokasi.
Sari (44) salah satu warga RT 2 RW 7, Rawajati, menyebut alasan penutupan akses JPO adalah tawuran. Penutupan akses JPO bukanlah yang pertama. Pemerintah pernah melakukan hal sama pada 2023, namun dibuka kembali setahun lalu.
Pemerintah kembali menutup akses JPO pada pertengahan Januari lalu setelah terjadi tawuran.
“Udah dua minggu, waktu itu Rabu (tanggal 22) malam tawuran, jam 9-an. Pokoknya malam kejadian, besoknya langsung (ditutup) sama kecamatan, lurah,” ucapnya.
Menurut Sari, penutupan akses jembatan sangat menyulitkan aktivitas warga. Mulai membatasi akses anak sekolah hingga akses menuju pasar.
“Cuma ini buat pejalan kaki, kayak anak saya sekolah di situ kan nggak perlu dianterin, jalan sendiri bisa. Semenjak ditutup, jadi ongkos (naik angkot),” jelas Sari.
“Dari atas (flyover) nggak ada akses pejalan kaki, bahaya banget. Kita (harus) ngangkot. Kalau jalan nggak ada trotoar buat jalannya,” tambah dia.
Sari juga membenarkan masih banyak masyarakat yang memaksa lewat dengan cara memanjat. Sari menilai hal itu cukup berbahaya.
Akses JPO di kolong flyover Kalibata, Jakarta Selatan ditutup (Rumondang/detikcom)
|
“Ada aja (yang tetap lewat), orang laki tapi. Terpaksa dia, kadang orang yang belum tahu ditutup, dia udah tanggung lewat sini, ya loncat. Kalau perempuan, biasanya pada balik lagi,” jelas Sari.
“Jadi nggak bisa lewat, ke pasar, ke mana, orang yang bawa dagangan juga jadi susah,” lanjutnya mengeluh.
Karena itu, Sari berharap pemerintah dapat mencari opsi solusi lain yang tak mengorbankan masyarakat. Terlebih perihal tawuran, menurutnya, melakukan tindak tegas terhadap pelaku menjadi opsi baik dibanding menutup akses jembatan yang dipakai warga sehari-hari.
“Kebijakannya sih semoga pintunya dibuka lagi, walaupun sistem tutup buka gitu. Kasihan anak sekolah. Masalahnya yang tawuran siapa, yang kena siapa. Di sini tutup juga kan masih ada dari atas (akses tawuran), dilemparin dari atas, lebih bahaya. Ditutup pintu ini bukan solusi,” ungkap Sari.
“Solusinya, yang tawurannya ditindak tegas. Kalau begini, jadi susah semua. Memang kecamatan, kelurahan (mikirnya) biar nggak ada korban. Tapi kalau begini, ya kita jadi susah semua warganya,” imbuhnya.
(ond/aik)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu