
Jakarta –
iPhone 16 Series akhirnya lolos uji sertifikasi Postel dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Dengan begitu, smartphone terbaru dari Apple ini tinggal selangkah lagi dijual resmi di Indonesia.
Baru tiga iPhone yang mengantongi restu Komdigi, yakni iPhone 16 Plus (A3290), iPhone 16 Pro (A3293) dan iPhone 16 Pro Max (A3296). Sementara iPhone 16 dan 16e belum muncul, kemungkinan menyusul dalam waktu dekat.
Perjuangan panjang Apple akhirnya terbayarkan setelah negosiasi sekian lama dengan Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perindustrian. Sebelumnya, Apple sempat terhambat karena belum memenuhi komitmen investasi periode 2020-2023.
Apple akhirnya menyepakati investasi senilai USD 160 juta untuk membangun fasilitas riset dan inovasi di Tanah Air. Kesepakatan ini membuka jalan bagi penerbitan sertifikat TKDN dan Postel yang dinanti-nanti.
Apple memenuhi permintaan Pemerintah Indonesia karena makin pentingnya pasar di Tanah Air bagi mereka. Apple saat ini memiliki sekitar 2% pangsa pasar smartphone di Indonesia yang saat ini condong ke segmen entry-level (di bawah USD 200), yang didominasi oleh merek China.
Namun, pendapatan warga di Indonesia perlahan meningkat sehingga kemungkinan akan berarti lebih banyak penjualan iPhone. Apple menjual 2,1 juta ponsel di Indonesia tahun lalu menurut IDC dan mereka memperkirakan Apple akan menjual 2,9 juta ponsel di Indonesia tahun ini.
“Indonesia adalah salah satu pasar utama Apple di Asia Tenggara dan salah satu yang paling cepat berkembang. Indonesia telah melampaui Thailand sebagai pasar iPhone terbesar di Asia Tenggara dalam tiga kuartal pertama tahun ini,” kata Kiranjeet Kaur, associate research director, mobile phones research, di IDC.
Sebenarnya, angka penjualan Apple di Indonesia dan Asia Tenggara masih kecil dibanding penjualan di negara-negara lebih maju. Namun kawasan ini adalah untuk pertumbuhan di masa mendatang. April tahun silam, CEO Apple Tim Cook menggelar tur lima hari di kawasan tersebut dan mengunjungi Indonesia, Vietnam, dan Singapura.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa dan pasar yang besar dalam bidang teknologi, Indonesia menjadi tujuan yang menarik bagi investasi teknologi. Bagi Apple, kehilangan akses ke Indonesia berarti kehilangan potensi pasar konsumen yang luas, terutama karena penjualannya di China menurun.
Di sisi lain menurut Hilman Palaon, peneliti di Lowy Institute, mendorong Apple meningkatkan investasinya merupakan sebuah langkah maju, tapi Indonesia masih panjang jalannya untuk membangun industri manufaktur. “Negara ini harus memanfaatkan pencapaian ini untuk menegaskan bahwa keputusan Apple adalah pilihan yang tepat,” katanya.
“Untuk benar-benar bersaing dengan negara lain, Indonesia harus fokus pada peningkatan infrastruktur manufakturnya dan memanfaatkan kehadiran Apple sebagai katalisator untuk pertumbuhan dan pengembangan lebih lanjut di sektor teknologi,” tambahnya. Saat ini, Apple tidak memiliki fasilitas manufaktur di Indonesia dan belum berencana untuk membangunnya.
(fyk/fay)