Jakarta –
RS Medistra di Jakarta Selatan menjadi viral di media sosial karena isu pelarangan hijab bagi dokter dan perawat. Pihak RS sudah menjawab isu yang jadi sorotan netizen tersebut.
Sebelumnya beredar di media sosial surat protes dari dr. Diani Kartini, SpB Subsp. Onk (K), seorang dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit tersebut. Surat tersebut mengungkapkan adanya kebijakan yang membatasi penggunaan hijab di kalangan tenaga medis.
Hal ini pun memicu kritikan dan reaksi netizen Indonesia. Dipantau detikINET, RS Medistra menjadi salah satu trending topic X/Twitter, Senin siang (2/9/2024) dengan 12.800 tweet.
Banyak kritikan dari netizen untuk RS Medistra. Mereka berharap pihak rumah sakit bersikap inklusif dan mendukung toleransi untuk semua pegawainya.
Mereka yang menyampaikan kritiknya mulai dari politisi sampai dengan masyarakat umum. Inilah beberapa di antaranya:
“Dukung dokter yg protes “Larangan” Berjilbab di RS Medistra Jakarta Selatan. Krn larangan spt itu tidak sesuai dg Pancasila, Konstitusi dan HAM. Bbrp RS Swasta bahkan BPIP yg sempat melarang sudah membolehkan. Dinkes & Disnaker Jkt perlu sgr advokasi & atasi,” kata Wakil Ketua MPR dan Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid di @hnurwahid.
“Rumah Sakit yang masih phobia hijab begini baiknya tak usah buka di Indonesia krn kita sdh merdeka dan dijamin kebebasan utk menjalankan ajaran agamanya masing2. Tlg pihak berwenang agar kasus di RS itu diusut ya agar tak menjadi preseden buruk,” cuit Ketua MUI bidang Ukhuwah dan Dakwah, Muhammad Cholil Nafis di @cholilnafis.
“Klo benar terjadi ini merupakan bentuk pelanggaran konstitusi spt yg viral bilan Agustus kemarin BPIP yg intinya melarang anggota paskibraka berhijab,” kata netizen @hdsamb***.
“RS Medistra itu mengaku sebagai rumah sakit yg inklusif, utk semua SARA,tapi pada prakteknya mereka diam2 membatasi penggunaan jilbab karyawannya,” kata @scalpeltomo***.
“Sekalian saja, jangan tanggung. Semua pasien berhijab yg datang mau berobat ke RS Medistra suruh lepas hijab,” sindir @DgMakku***.
Dengan banyaknya kritik dari MPR, MUI dan masyarakat RS Medistra menyampaikan pernyataan resminya. Direktur RS Medistra dr Agung Budisatria menyampaikan permohonan maaf atas isu diskriminasi mengenai pembatasan penggunaan hijab yang dialami oleh seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen.
“RS Medistra inklusif dan terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat,” kata dr Agung dalam keterangan resminya.
Lebih lanjut, Agung mengatakan pihak RS Medistra akan memantau ketat terhadap proses rekrutmen pegawai. Hal itu agar tidak ada kesalahan proses komunikasi.
“Sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak,” sambung dia.
(fay/fyk)