
Jakarta –
Kasus selebgram (ENS) asal Medan yang meninggal setelah melakukan prosedur sedot lemak di salah satu klinik Depok, Jabar, belakangan disorot. ENS diduga tak selamat karena pecahnya pembuluh darah.
ENS menjalani sedot lemak di bagian lengan kanan dan kiri. Awalnya tindakan berjalan normal, tetapi ia mendadak pingsan dan kejang-kejang. Polisi saat ini tengah menyelidiki kasus untuk mencari kemungkinan kelalaian dari klinik.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi Estetik Jabodetabek, dr Qori Haly, SpBP-RE mengatakan sedot lemak atau liposuction adalah prosedur pembedahan invasif yang bertujuan untuk menghilangkan sebagian lapisan lemak di bawah kulit di area tertentu.
Menurut dr Qori, masih ada masyarakat yang masih awam terkait sedot lemak dan beranggapan bahwa dengan melakukan sedot lemak bisa menurunkan berat badan. Padahal sedot lemak ini, kata dia, bertujuan untuk membentuk tubuh atau bagian tubuh tertentu.
“Nah, itu satu pemahaman yang kurang tepat karena sedot lemak sendiri. Itu hanya mengurangi beberapa lapisan lemak di daerah atau di area tertentu saja. Jadi fungsinya adalah untuk membentuk tubuh atau kita sebut body contouring, bukan body slimming,” ucapnya dalam media briefing PB IDI, Rabu (31/7/2024).
“Liposuction ini adalah bukan cara yang instan untuk menurunkan berat badan. Walaupun dengan menghilangkan beberapa lapisan lemak, itu juga bisa mengurangi timbangan berat badan. Namun, tujuan sebenarnya adalah bukan itu,” imbuhnya lagi.
dr Qori menjelaskan meski sedot lemak terlihat tindakan ringan dan hanya memicu luka kecil, tetapi sangat berisiko tinggi.
Risikonya dapat disebabkan karena penanganan pembiusan hingga penanganan pembedahan. Adapun risiko penanganan pembiusan biasanya disebabkan karena interaksi obat bius dengan obat yang dikonsumsi pasien. Karena itu, dr Qori mengimbau para pasien untuk jujur terkait obat-obatan apa yang dikonsumsi.
“Jadi pasien itu harus jujur bahwa sudah pernah melakukan tindakan apa. Jadi untuk liposuction sendiri, kita kalau menerima pasien dengan liposuction yang berulang kali, itu bisa meningkatkan risiko komplikasi. Makanya kita juga harus berhati-hati dan juga mempersiapkan tindakan dengan baik,” imbuhnya.
Tak hanya itu, dr Qori juga mengatakan sedot lemak juga berisiko memicu komplikasi yang menyebabkan kematian. Adapun komplikasinya seperti emboli lemak atau stroke.
“Ini juga karena ketika kita mengambil lemak, maka ada beberapa lemak yang sangat kecil itu bisa masuk ke dalam pembuluh darah yang terbuka pada saat kita melakukan liposuction. Ini juga bisa menimbulkan emboli atau penyumbatan dari pembuluh darah. Bisa di otak ataupun di jantung. Makanya bisa menjadi gangguan jantung atau ginjal,” sambungnya lagi.
(suc/naf)