
Jakarta –
Pemerintah diingatkan agar lebih hati-hati saat bicara soal pasar modal. Ekonom hingga analis sepakat pernyataan negatif pemerintah bisa bikin pasar gonjang-ganjing.
Khususnya pernyataan-pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang cenderung meremehkan pergerakan pasar saham di Indonesia.
Terakhir, Prabowo sempat melempar candaan soal jatuhnya IHSG hingga 6% beberapa waktu lalu kepada para menterinya di Sidang Kabinet Paripurna. Dia menyatakan naik turunnya harga saham bukan masalah bagi negara selama harga pangan aman.
Prabowo juga pernah menyebut bermain saham di pasar modal adalah judi. Lebih banyak rakyat Indonesia tak punya saham.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira pernyataan Prabowo dinilai merupakan sebuah blunder. Pemerintah seakan-akan tidak memahami bahwa pasar modal adalah cerminan kondisi riil ekonomi di tengah masyarakat.
“Iya dong. Karena dia kurang memahami ini bahwa pasar ini kondisi riil di masyarakat, memang data kan nggak bisa bohong,” sebut Bhima kepada detikcom, Selasa (25/3/2025).
Bhima menilai Prabowo terlalu percaya diri bahwa pasar modal tidak akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Padahal, menurutnya ini merupakan cerminan ekonomi di tengah masyarakat.
Sebagai contoh saja, semisal saham perusahaan ritel atau otomotif anjlok karena sentimen turunnya penjualan. Hal ini artinya mencerminkan daya beli masyarakat pun turun karena menahan belanja.
“Ada kontradiksi yang over confidence, terlalu pede dianggap bahwa pasar modal bukan kondisi riil masyarakat,” sebut Bhima.
Yang bahaya lagi, Bhima menilai bila pemerintah terus menerus meremehkan pasar modal, bisa jadi investasi secara langsung atau foreign direct investment (FDI) dari luar negeri bisa berkurang.
“Investor pasar modal kan ada kaitan langsung dengan investor langsung atau FDI. Kalau pasar modal terlihat buruk, mana mau mereka investasi langsung. Jangan terlalu over pede, jangan denial sama kondisi, dan cari solusi segera,” papar Bhima.
Ekonom Center of Reform on Economic atau CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga sepaham sederet pernyataan Prabowo soal pasar modal beberapa waktu ini mengindikasikan pemerintah seperti meremehkan kinerja pasar modal. Ini justru berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan, terutama di kalangan pelaku pasar yang mengandalkan stabilitas dan kepercayaan untuk berinvestasi.
Dia menyoroti gerak-gerik Prabowo yang sempat bercanda tentang trading halt dan penurunan IHSG sebesar 6% kepada para menterinya. Rendy menilai sikap Prabowo yang terkesan meremehkan ini bisa memperburuk sentimen.
“Bayangkan seorang investor yang melihat kepala negara tidak serius menanggapi gejolak pasar-hal ini bisa menambah ketidakpastian dan mendorong aksi jual,” sebut Rendy ketika dihubungi detikcom.
Namun, bila bicara pelemahan IHSG, Rendy bilang sentimen yang membuat ambles pasar saham bukan cuma gerak-gerik Prabowo saja. Namun, juga beberapa faktor lain ikut mempengaruhi.
Dalam hal ini, data dari sektor ekonomi seperti APBN yang mengalami defisit anggaran lebih awal, indikasi pelemahan daya beli, dan juga Kekhawatiran terkait Danantara bisa jadi merupakan beberapa kombinasi yang memberikan sentimen negatif di pasar modal.
“Penurunan sebesar 6% dan trading halt adalah peristiwa signifikan yang biasanya tidak terjadi hanya karena satu pernyataan, meskipun dari figur sekaliber presiden. Ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan,” papar Rendy.
Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal Ibrahim Assuaibi menekankan agar Prabowo ataupun jajarannya lebih berhati-hati untuk memberikan pernyataan soal pergerakan pasar modal.
Pemerintah sudah seharusnya menjaga kesehatan pasar modal. Menurutnya, pasar modal adalah barometer perekonomian satu negara. Naik turunnya saham sudah pasti mengindikasikan apakah ekonomi dalam keadaan baik atau tidak.
“Karena ini kan kepala negara, pada saat ada statement negatif pasti membuat investor akan enggan investasi dan menarik dana. Pemerintah itu harus sejuk membahas pasar modal, jangan banyak nyeleneh,” kata Ibrahim saat dihubungi detikcom.
(hal/rrd)