Seoul –
Pamor Korea Selatan sebagai negeri ikon kosmetik telah membuat turis berbondong-bondong datang ke sana. Siapa sangka, ternyata banyak turis yang kecewa saat belanja.
Dilansir dari Korea Times pada Selasa (7/5/2024), Korea Tourism Organization (KTO) memberikan laporan peningkatan kekecewaan turis yang datang ke Korsel.
KTO mengatakan bahwa pusat pengaduannya menerima 902 keluhan tahun lalu. Angka itu meningkat signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2022, 288 pengaduan.
Pengaduan itu sempat turun antara tahun 2020 dan 2020, saat pandemi berlangsung. Tetapi, keluhan kembali meningkat seiring pulihnya pariwisata.
Dari pengaduan tersebut, 808 diajukan oleh turis asing (89,6%). Jumlah pengaduan tertinggi yaitu 215 aduan terkait masalah belanja, yang adalah pengembalian pajak, harga, serta kebijakan pengembalian uang dan penukaran.
“Saya membeli satu set masker 10 kaki setelah melihat harganya 8.000 Won, tetapi saya sadar ditagih 80.000 won. Saya minta pembatalan, penjual menyuruh saya kembali keesokan harinya karena pengelola toko tidak ada,” kata turis dari Jepang.
Selain soal belanja, turis juga kecewa dengan layanan taksi Korsel, ini jadi ketidaknyamanan nomor dua dengan 170 aduan (18,8%).
Permasalahannya antara lain tarif yang berlebihan, penolakan untuk menyalakan meteran, pengemudi tidak sopan atau sengaja mengambil rute terjauh agar mendapat tarif yang lebih tinggi.
Badan Kepolisian Daerah Khusus Provinsi Jeju mengatakan bahwa mereka menangkan seorang sopir taksi yang mencoba untuk memberi tarif selangit pada turis Tiongkok untuk perjalanan dari Bandara Internasional Jeju ke sebuah hotel di dekat Pantai Hamdeok.
Polisi mengatakan sopir taksi menerima 200.000 Won atau sekitar Rp 2,3 jutaan padahal tarif taksi seharusnya 23.000 Won atau Rp 270 ribuan. Polisi kemudian meminta si supir untuk mengembalikan uang itu dan menerima tarif yang sesuai.
Keluhan nomor tiga adalah akomodasi. Di antara 142 kasus (31,7%) yang dilaporkan, turis mengaku kecewa dengan buruknya fasilitas dan kebersihan. KTO dan Kementerian Kebudayaan Olahraga dan Pariwisata berjanji akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dan mendorong pariwisata daerah.
“Kami akan secara rutin memeriksa tempat-tempat wisata utama untuk mengawasi harga selangit di festival budaya dan pariwisata. Kami akan mengambil tindakan lebih keras terhadap praktik ilegal pengemudi taksi dan meningkatkan layanan bagi turis,” kata KTO.
Jumlah turis yang masuk mencapai 11,02 juta pada tahun lalu, naik 245% dari tahun sebelumnya. Setelah penurunan tajam dari 17,5 juta pada tahun 2019 menjadi 2,52 juta pada tahun 2020 dan 970.000 pada tahun 2021, jumlah tersebut pulih menjadi 3,2 juta pada tahun 2022.
Simak Video “Jaksa Agung Perintahkan Investigasi Dugaan ‘Suap Tas Dior’ Ibu Negara Korsel“
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/fem)