
Jakarta –
Di tengah gejolak pasar beberapa waktu terakhir Euro mengalami penguatan yang signifikan.
Hal ini disebut karena banyak investor yang cemas dengan kondisi pasar di Amerika Serikat (AS). Dikutip dari Reuters investor global yang memiliki aset di AS mulai menjual dan memindahkan aliran modal mereka ke negara asal. Termasuk investor asal Eropa. Kondisi ini membuat Euro menguat.
Chief FX Strategist Societe Generale Kit Juckes mengungkapkan aliran modal kini lebih besar daripada arus perdagangan. “Jika pemerintah AS membuat banyak perusahaan rugi, akan muncul pertanyaan apakah investor global masih mau menyimpan uangnya dalam obligasi atau ekuitas di AS?,” kata dia dikutip dari Reuters, Minggu (13/4/2025).
Dari data Reuters, nilai tukar Euro terhadap dolar AS mengalami penguatan lebih dari 5% sejak 1 April lalu. Ini terjadi satu hari sebelum Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif dasar baru sebesar 10% dan pengenaan bea masuk 20% untuk Uni Eropa.
Keputusan Trump untuk menghentikan pungutan tersebut selama 90 hari pada Kamis lalu memicu kembalinya Euro ke negaranya. Kondisi ini merupakan yang terbesar sejak 2015.
Pada Jumat, penguatan Euro merupakan yang tertinggi dan melanjutkan reli setelah Jerman mengumumkan rencana belanja besar-besaran.
Awal tahun ini, Euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,03 dan kemudian analis memprediksi Euro bisa kembali ke posisi di bawah US$ 1 jika tarif Trump diberlakukan.
(kil/kil)