Jakarta –
Air minum dalam kemasan (AMDK) galon polikarbonat tidak terbukti menyebabkan penyakit kanker. Sebanyak 90 persen faktor risiko kanker berasal dari lingkungan dan hanya 10 persen yang diturunkan.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP menilai isu bahaya Bisfenol-A (BPA) galon polikarbonat ini seperti memiliki maksud-maksud tertentu.
“Saya sudah dua tahun terakhir ini sering diundang, lama-lama saya nggak mau lagi. Habis acaranya adalah untuk menghujat BPA itu. Padahal itu tidak terbukti. Jadi, masyarakat harus hati-hati dan jangan terjebak dengan isu BPA ini. Kayaknya ada perang dagang ini,” ujar dr. Aru dalam keterangan tertulis, Senin (2/9/2024).
Baru-baru ini saja, menurut dr. Aru, sudah ada tiga undangan yang diterimanya untuk menjadi narasumber dalam acara tentang BPA ini. Tapi, lanjutnya, dirinya tidak mau memenuhi undangan tersebut.
“Ya, udah tiga kali, pernah ada LSM undang, kadang-kadang ada media yang undang, tapi saya sudah malas datang. Karena saya seakan-akan diminta atau mendorong mengatakan bahwa BPA bikin kanker. Padahal sampai sekarang itu belum terbukti,” ungkapnya.
Dia pun menjelaskan hal sebenarnya yang bisa menyebabkan penyakit kanker pada manusia. Menurutnya, faktor utama atau sebanyak 90 persen yang menyebabkan kanker itu adalah lingkungan.
“Artinya, kebiasaan apa yang kita hirup, apa yang kita makan, apa yang kita hisap, dan apa yang terserap tubuh kita. Itu yang akan mengganggu proses perbaikan sel yang mengalami kerusakan atau itu yang menyebabkan sel kita rusak dan tidak bisa diperbaiki sehingga menimbulkan kanker,” tuturnya.
Dia menjelaskan faktor lingkungan pertama yang bisa menyebabkan kanker itu adalah berat badan yang berlebihan dan tumbuh dengan cepat. Kedua, bahan-bahan kimia makanan seperti pengawet dan zat pewarna tekstil, juga daging yang diproses seperti kornet beef, sosis, dan lainnya. Ketiga adalah orang yang tidak pernah berolahraga dan pekerjaan sehari harinya cuma duduk-duduk saja dan kebiasaan merokok.
“Jadi, orang yang terlalu banyak makan, kurang olahraga, berat badan berlebih, dan penyakit komorbid seperti diabetes itu dapat memicu kanker,” ucapnya.
Sedang faktor kedua penyebab kanker menurut dokter Aru adalah karena diturunkan dan itu jumlahnya cuma 10 persen saja. “Jumlahnya sedikit, cuma satu dari sepuluh orang saja,” lanjutnya.
dr. Aru berharap agar angka kanker bisa turun. Sebab, pasien kanker yang datang untuk berobat itu sudah dalam keadaan stadium lanjut.
“Orang-orang menghabiskan biaya yang sangat mahal. Untuk sekali infus Rp 100 juta. Itulah mengapa ada YKI yang melakukan promosi preventif,” jelasnya.
Dia juga berharap YKI bersama komponen masyarakat dan pemerintah dapat mengedukasi masyarakat agar hidup lebih baik dan melakukan deteksi dini. Sebab, jika masyarakat mau melakukan deteksi dini maka kanker bisa lebih mudah dicegah.
Menurutnya, edukasi dan pendampingan inilah yang perlu dilakukan agar masyarakat mau memeriksakan kesehatannya. “Edukasi, penyuluhan, deteksi dini, serta pendampingan kepada masyarakat tentunya sangat penting untuk dilakukan,” paparnya.
Sebelumnya, praktisi kesehatan bidang onkologi atau penyakit kanker, dr. Bajuadji, Sp.B (K) Onk, juga mengatakan tak ada kaitannya sama sekali antara air galon polikarbonat dengan penyakit kanker. Dia melihat isu-isu yang mengait-ngaitkan air galon dengan kanker hanya karena adanya unsur-unsur persaingan usaha semata.
“Saya tidak pernah menemukan ada dari pasien-pasien yang mengalami kanker karena telah mengkonsumsi air galon Polikarbonat. Itu menurut saya hanya persaingan usaha saja,” pungkasnya.
(akd/ega)