![](https://i3.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2025/02/02/kelab-malam-diduga-lecehkan-hindu_169.jpeg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Denpasar –
Atlas Super Club Bali meminta maaf karena memakai gambar Dewa Siwa sebagai latar belakang pertunjukan musik elektronik atau DJ. Pengelola kelab malam mengatakan tidak sengaja.
Permintaan maaf itu disampaikan melalui pernyataan resmi dan mendatangi kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali. Ketua PHDI Provinsi Bali Nyoman Kenak, mengatakan ada sekitar enam perwakilan Atlas Super Club yang hadir dalam pertemuan yang berlangsung selama sekitar satu jam, pada Kamis (6/2/2025).
“Membahas mengenai ketidaksengajaan (dalam penggunaan visual Dewa Siwa) dan mereka meminta maaf,” ujar Kenak seperti dikutip dari detikBali.
Kenak menyebut kedatangan itu merupakan respons setelah disomasi beberapa waktu lalu. Dalam somasi itu disebutkan bahwa dalam waktu 7×24 jam harus ada tanggapan dari Atlas Super Club.
Dalam pertemuan tersebut, Atlas mengungkapkan insiden itu terjadi akibat kurangnya kontrol terhadap situasi saat itu. Seorang staf disebut mengambil gambar Dewa Siwa dari internet dan menjadikannya latar belakang pertunjukan musik elektronik pada Kamis (30/1/2025) sekitar pukul 23.40 Wita.
“Mereka sudah ada niat baik (untuk meminta maaf). Tapi, walaupun sudah minta maaf, tetap menyebabkan ketidaknyamanan bagi umat,” katanya.
Kenak menyatakan usai pertemuan tersebut PHDI Bali akan melakukan rapat dengan tim dan meminta masukan dari para ahli. Mereka juga akan memastikan apakah pihak Atlas Super Club benar-benar akan menyampaikan permintaan maaf secara tertulis serta menggelar upacara Guru Piduka saat Saraswati nanti.
Kenak berharap ke depan kasus serupa tidak terulang di Bali. Ia mengingatkan bahwa insiden serupa telah beberapa kali terjadi.
Setelah berjumpa dengan PHDI, manajemen Atlas menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dan umat Hindu di Bali atas insiden tersebut. Mereka menegaskan tidak berniat menyinggung nilai keagamaan.
“Kejadian ini murni merupakan insiden teknis dan prosedur. Sepenuhnya, kami menyadari bahwa hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat dan umat Hindu, khususnya di Bali,” tulis pernyataan manajemen Atlas.
Manajemen mengklaim telah mengambil tindakan tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas insiden yang terjadi pada 30 Januari 2025 itu.
“Surat teguran dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali dan Lembaga Bantuan Hukum Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (LBH KMHDI) telah kami terima dan cermati. Sejumlah upaya mediasi juga telah kami lakukan dengan lembaga pemerintah dan pemuka agama setempat demi tercapainya situasi kondusif bersama,” pernyataan dilanjutkan.
Manajemen berjanji lebih berhati-hati dalam menyeleksi aspek hiburan dan pertunjukan ke depan. Terkait upacara guru piduka, mereka akan berkoordinasi dengan PHDI Bali, Banjar Adat Berawa di Desa Tibubeneng, serta aparat keamanan.
(fem/fem)