Jakarta –
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, ingin mencaplok Greenland ke dalam kekuasaan AS. Pulau terbesar di dunia ini memang menarik secara geopolitik, sekaligus menyimpan harta karun berupa sumber daya alam yang tinggi.
Menurut Geoff Dabelko, profesor lingkungan Ohio University, Greenland adalah pertemuan antara perubahan iklim, geopolitik, dan sumber daya alam. Wilayah Greenland memanas empat kali lebih cepat dibanding wilayah lain di dunia.
Di dalamnya, dikutip detikINET dari Associated Press, tersimpan logam tanah jarang yang sangat penting dalam pembuatan perangkat teknologi, juga ada uranium, minyak melimpah yang belum tereksplorasi, serta kaya akan gas alam.
Aspek penting lainnya dari Greenland adalah es dalam jumlah luar biasa yang berpotensi membahayakan. Menurut ilmuwan iklim Eric Rignot dari University of California, Irvine, jika es itu mencair, maka akan mengubah garis pantai di seluruh dunia dan berpotensi mengubah pola cuaca secara dramatis.
Es di Greenland jika mencair, diperkirakan akan menaikkan permukaan air laut sampai 7,4 meter sehingga dapat dipastikan terjadi bencana menyeramkan. Sejak 1992, Greenland kehilangan 182 miliar ton es per tahun.
Tak hanya itu, Greenland juga menjadi semacam mesin dan tombol on/off untuk gelombang laut penting yang mempengaruhi iklim Bumi, termasuk topan dan badai musim dingin. Sebutannya Atlantic Meridional Overturning Circulation atau AMOC, yang melambat karena lebih banyak air tawar dibuang ke laut oleh es yang mencair di Greenland.
Gangguan jalur AMOC merupakan titik kritis iklim yang sangat ditakutkan, dapat menjerumuskan Eropa dan sebagian Amerika Utara ke dalam pembekuan yang berkepanjangan, sebuah skenario yang digambarkan dalam film tahun 2004 yaitu The Day After Tomorrow.
“Jika sistem arus global ini melambat secara substansial atau bahkan runtuh sama sekali, suhu normal dan pola hujan di seluruh dunia akan berubah drastis. Pertanian akan rusak, ekosistem akan hancur, dan cuaca normal akan menjadi masa lalu,” kata ilmuwan iklim Jennifer Francis dari Pusat Penelitian Iklim Woodwell.
Greenland turut berperan dalam cuaca dingin dramatis yang saat ini dialami oleh dua pertiga wilayah Amerika Serikat. Tahun 2012, pola cuaca di Greenland turut mengarahkan Badai Sandy ke New York dan New Jersey.
(fyk/afr)