Jakarta –
Teknologi pencitraan canggih yang dapat mengungkap detail tersembunyi yang tidak terlihat mata manusia, telah mengungkap teks yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam manuskrip kuno yang sangat penting.
Para peneliti di Zayed National Museum (ZNM), sebuah museum yang akan dibangun di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, mengungkap ayat-ayat tersembunyi di bawah lapisan dekoratif rumit daun emas pada halaman Al-Qur’an Biru.
Dikutip dari Newsweek, Al-Qur’an Biru adalah salinan langka dari Al-Qur’an, teks kitab suci umat Islam yang diyakini para pemeluk Islam sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril selama 23 tahun.
Al-Qur’an Biru, yang kemungkinan berasal dari abad kesembilan hingga kesepuluh, merupakan salah satu karya teks keagamaan paling terkenal di dunia dan contoh kaligrafi Islam yang terkenal. Al-Qur’an Biru dikenal karena halaman-halamannya yang berwarna biru atau nila yang cerah, hiasan perak, dan kaligrafi emas. Al-Qur’an Biru ditulis dalam aksara Kufi, salah satu gaya kaligrafi Arab tertua dan terpenting, yang dianggap sulit dibaca saat ini.
Para ahli yakin bahwa manuskrip aslinya pernah terdiri dari sekitar 600 halaman, yang terbuat dari kulit domba. Saat ini, hanya sekitar 100 halaman yang diketahui. Manuskrip ini ditemukan di koleksi pribadi dan museum di seluruh dunia. Lima di antaranya akan dipajang di ZNM setelah dibuka nanti. Asal muasal manuskrip tersebut pun masih belum pasti. Para ahli memperkirakan Afrika Utara, Irak, dan Andalusia di Spanyol selatan sebagai lokasi yang memungkinkan.
“Diperkirakan hanya ada satu salinan Al-Qur’an Biru, sekitar 100 halamannya yang ditemukan telah memukau para cendekiawan selama beberapa dekade,” kata Nurul Iman Bint Rusli selaku kurator ZNM.
“Teknologi canggih yang digunakan untuk memberikan pencerahan baru pada halaman manuskrip ini membantu memberikan perspektif tambahan mengenai produksi salinan Al-Qur’an yang langka ini. Merupakan suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari penelitian penting ini mengenai salah satu manuskrip terpenting di dunia di Museum Nasional Zayed,” lanjut Rusli.
Dalam penelitian terbaru, tim ZNM memeriksa satu halaman dari Al-Qur’an Biru menggunakan pencitraan multispektral. Teknik ini dapat mengungkap teks dan gambar yang telah memudar seiring waktu dan tidak lagi terlihat oleh mata manusia.
Menurut para peneliti, tampaknya hiasan pada halaman tersebut mungkin ditambahkan untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh kaligrafer. Karena akan terlalu mahal untuk memulai lagi pada lembaran kulit domba baru yang diwarnai nila, maka digunakan pola-pola rumit untuk menutupi teks.
“Penelitian inovatif Museum Nasional Zayed tentang Al-Qur’an Biru memberikan pandangan baru tentang asal-usul dan produksi manuskrip penting ini,” kata Mai al-Mansouri, kurator asosiasi ZNM.
(rns/rns)