Indonesia merupakan negara kepulauan. Hal ini menyebabkan terciptanya berbagai macam budaya dan tradisi dari berbagai suku dan ras.
Sampai saat ini, di tengah perkembangan jaman menuju digitalisasi di setiap lini, masih dapat kita temukan masyarakat yang memegang teguh adat dan budaya yang di turunkan oleh para leluhurnya.
Desa adat Sade adalah salah satunya. Desa adat pada umumnya berada jauh dari pusat peradaban atau pemukiman masyarakat modern. Namun tidak untuk desa ini.
Desa adat Sade berada tepat di sisi jalan Praya-Kuta, Lombok Tengah. Perjalananku kali ini membawaku ke tempat ini, dan beberapa tempat lain yang tak kalah indahnya di Lombok. Namun, desa adat Sade ini sangat menarik bagiku.
Membuatku terus mengingatnya. Saat pertama memasuki desa ini kita harus mengisi buku tamu, dan membayar tiket masuk. Selanjutnya pemandu lokal akan menemani berkeliling hingga ke setiap sudut desa ini.
Di desa ini sungguh sangat terlihat budaya dan adat yang begitu kental tidak terpengaruh oleh perkembangan jaman. Masyarakatnya masih melakukan kegiatan-kegiatan sederhana.
Aku menemukan beberapa keunikan di sini, di mana hal-hal yang mereka lakukan adalah hal-hal yang tidak biasa dilakukan oleh masyarakat modern.
Masyarakat desa adat Sade diharuskan untuk menikah dengan sesama penduduk desa tersebut. Apabila ada muda mudi yang menikah dengan penduduk dari tempat lain, maka orang tersebut harus meninggalkan desa tersebut.
Salah satu kegiatan masyarakat disini adalah bercocok tanam. Mereka akan menyimpan hasil panen di dalam lumbung. Seperti beras dan kopi. Bentuk lumbung di desa ini sangat unik, seperti rumah panggung yang berada di atas dan harus menggunakan tangga untuk mencapai tempat tersebut.
Hal ini dilakukan untuk melindungi hasil panen dari serangan hewan. Selain itu masyarakat desa ini juga membuat anyaman anyaman bambu untuk di jual.
Masyarakat desa adat Sade tinggal di rumah adat sederhana dengan dinding dari anyaman bambu dan atap jerami. Sekilas tampak seperti rumah sederhana pada umumnya, namun ada hal yang membedakan desa ini dengan tempat lain, yaitu lapisan dinding dalam rumah.
Mereka melapisi dinding dalam rumah dengan kotoran kerbau. Mereka menganggap bahwa dengan melapisi dinding tersebut, maka dinding justru akan bersih. Selain itu, mereka juga memiliki alasan lain, yaitu melapisi dinding dengan kotoran kerbau dipercaya dapat melindungi dari hal-hal gaib.
Hal yang paling terlihat dominan dari masyarakat Sade ini adalah hasil tenun berbagai corak yang sangat menawan buatan tangan kaum perempuan. Para perempuan Sade diwajibkan untuk bisa menenun, mereka sudah belajar menenun sejak mereka kecil.
Saat aku berada di desa Sade ini, ada satu hal yang begitu lekat diingatanku adalah pohon cinta. Pohon cinta, hanyalah sebuah pohon Nangka yang bahkan sudah mati. Namun pohon ini, memiliki makna yang begitu besar bagi masyarakat desa adat Sade. Disinilah tempat bertemu bagi para muda mudi yang saling mencintai untuk saling bertemu.
Pohon inilah yang menjadi saksi cinta banyak pasangan yang bertemu di tempat ini. Selain itu, tempat ini juga erat hubungan nya dengan tradisi adat kawin lari dan konon katanya, bagi siapa saja yang mendatangi pohon ini maka akan segera mendapatkan jodohnya.
*********
Yuk ikut menjelajah keindahan Sumenep dengan mengirim cerita perjalanan kamu. Klik di sini.