Jakarta –
Industri pariwisata dan ritel di Korea Selatan mengalami ketidakpastian setelah pengumuman pencabutan darurat militer yang baru-baru ini terjadi.
Mengutip The Korea Bizwire, Sabtu (7/12/2024) hal tersebut dikhawatirkan karena peringatan perjalanan dari beberapa negara besar menambah kekhawatiran mengenai kemungkinan penurunan jumlah wisatawan asing.
Meskipun Organisasi Pariwisata Korea melaporkan hingga 5 Desember belum ada pembatalan besar, tanda-tanda kekhawatiran mulai terlihat. Kelompok wisatawan asal Jepang yang merupakan pasar utama pariwisata Korea Selatan, mulai membatalkan perjalanan dengan beberapa agen perjalanan melaporkan kekhawatiran terkait keselamatan.
Sebagai contohnya kelompok mahasiswa Jepang yang direncanakan untuk berkunjung pada akhir bulan ini telah membatalkan perjalanan mereka. Kemudian, Inggris telah mengeluarkan peringatan tentang potensi kerusuhan di Seoul, yang dapat menghambat perjalanan yang tidak mendesak.
Hal tersebut mengancam target Korea Selatan untuk menarik 20 juta wisatawan asing pada tahun 2024, terutama dengan pemesanan tiket dari Eropa dan Amerika Serikat yang kini lebih diawasi.
Seorang perwakilan agen perjalanan yang melayani wisatawan asal China menyebutkan adanya peningkatan kekhawatiran, namun memprediksi tren yang lebih jelas akan terlihat dalam beberapa minggu mendatang.
Sektor retail, terutama yang berada di kawasan yang sering dikunjungi wisatawan seperti Myeongdong dan Hongdae, khawatir penjualan akhir tahun mereka akan terpengaruh, mengingat periode ini sangat krusial bagi sektor ritel.
Meskipun beberapa toko serba ada seperti Shinsegae dan Lotte, melaporkan tidak ada penurunan langsung dalam pola belanja wisatawan asing. Toko retail Shinsegae yang berada di wilayah Gangnam mencatatkan peningkatan penjualan luar negeri sebesar 77,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, operator bebas bea lebih berhati-hati. Lotte Duty Free dan Shinsegae Duty Free mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai penurunan jumlah wisatawan, ditambah dengan tekanan dari menguatnya dolar Amerika Serikat yang dapat memengaruhi daya saing harga produk.
Beberapa pengecer seperti CJ Olive Young yang populer di kalangan pembeli internasional, melaporkan tidak ada dampak langsung. Toko tersebut bahkan mengalami lonjakan penjualan internasional tahun ini, dengan toko utamanya di Myeongdong menarik sekitar 4.000-5.000 pengunjung internasional setiap hari.
Begitu juga dengan merek lain yang menargetkan wisatawan seperti Daiso dan Musinsa, yang mengalami peningkatan penjualan internasional yang pesat pada awal tahun.
Namun, pihak industri memperingatkan bahwa penurunan jumlah wisatawan asing dalam jangka panjang bisa berdampak pada seluruh sektor, terutama bagi toko yang sangat bergantung pada pengunjung internasional.
Pemerintah dan Industri Bersiap Menghadapi Kemungkinan Krisis
Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan terus memantau situasi saat ini dan menegaskan bahwa belum ada pembatalan besar. Meskipun demikian, dengan meningkatnya permintaan dari luar negeri, kementerian tetap waspada terhadap dampak jangka panjang pada pemulihan sektor pariwisata Korea Selatan.
Saat para pengecer dan industri pariwisata bersiap menghadapi bulan Desember yang sangat penting, kedua sektor itu tetap mengambil langkah hati-hati. Berharap dapat bertahan dari gejolak terkini sambil mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan kemunduran lebih lanjut.
Insiden tersebut menjadi pengingat jelas tentang bagaimana kekhawatiran geopolitik dapat cepat memengaruhi ekonomi global.
(upd/upd)