Jakarta –
Kampung Baduy menjadi salah satu wisata di Provinsi Banten bisa menjadi pilihan untuk mengisi long weekend Isra Miraj dan Imlek ini. Sudah menarik sejak dari rute trekkingnya.
Banyak wisatawan yang berkunjung ke Baduy Luar maupun Baduy Dalam untuk lebih dekat dengan warganya. Selain bisa menyaksikan keseharian orang Baduy, traveler juga bakal dibuat terkesan dengan warga Baduy dalam melestarikan adat dan budaya mereka.
detikTravel mengunjungi Baduy Luar belum lama ini, tepat saat musim durian tiba. Boleh dibilang kali ini panen raya durian di Baduy.
Banyak sekali wisatawan dari berbagai kota berburu Durian Baduy yang terkenal dengan rasa yang khasnya. Selain berburu durian, wisatawan juga gemar untuk trekking ke area Baduy Luar hingga Baduy Dalam.
Semisal ke Kampung Gazebo di Baduy Luar, tempat itu jadi pilihan wisatawan karena mampu melihat pemukiman Baduy dari atas ketinggian. Dan lagi bisa melihat suasana alam yang masih terjaga, namun ada satu ‘hidden gem’ yang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan saat berkunjung ke Baduy.
Sebelum itu, wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat ini harus didampingi oleh guide lokal atau memang meminta ditemani oleh masyarakat Baduy langsung. Karena memang perjalanannya yang cukup menantang (saat hujan) dan tempatnya yang menembus hutan dan ladang.
Tempat itu adalah Dangdang Ageung, dari pos masuk ke Desa Baduy Luar kurang lebih waktu tempuh menuju Dangdang Ageung adalah satu jam lebih. Situasi kala detikTravel trekking ke Dangdang Ageung memang kurang bersahabat,
Karena hujan yang terus mengguyur wilayah tersebut, namun kami diyakinkan oleh Andri (masyarakat Baduy) yang saat itu bertugas sebagai guide kami. Dengan santainya ia mengatakan jalur menuju Dangdang Ageung masih aman untuk dilalui.
“Aman a, ngan leutakna rada jero (aman, cuma jalanan berlumpurnya agak dalam),” ujarnya sembari tersenyum.
Dengan tekad yang kuat kami memutuskan untuk mengikuti arahan Andri. Tak menggunakan peralatan trekking yang optimal tim detikTravel hanya menggunakan sandal dan jas hujan.
Jalanan menuju Dangdang Ageung. (detikcom/Andhika Prasetia)
|
Mula berjalan, kami disambut jalur berupa bebatuan. Di rute ini masih terbilang mudah dilewati, karena bebatuan itu membuat jalanan kokoh dan kami tak sulit untuk melangkah. Hingga kemudian, jalur berbatu berganti dengan tanah dan naik turun bukit.
Selepas melewati bukit dan permukiman masyarakat Baduy, Andri tanpa memberi aba-aba melepas sandalnya dan meninggalkannya di bawah leuit (lumbung padi). Kami pun mengikuti Andri untuk mencopot sandal.
Perjalanan kami lanjutkan tanpa alas kaki. Hingga kemudian… hamparan ladang padi yang hijau membersamai kami menyusuri jalanan itu.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba jalur dengan lumpur yang cukup dalam berada di depan mata. Setapak demi setapak kami melewati lumpur yang masih untung hanya melebihi sedikit dari mata kaki kami.
Dengan hujan yang terus membasahi kepala, membuat jalanan itu semakin becek dan licin. Tak jarang kami pun terpeleset, bruk… jatuh dan menyisakan lumpur di bagian pantat celana kami.
Setelah bersusah payah melewati stage demi stage itu, akhirnya danau indah yang tersembunyi itu kami temukan.
Andri menyebut Dangdang Ageung ini merupakan salah satu spot foto menarik bagi wisatawan.
“Biasana emang jadi tempat foto, tapi jarang anu kadieu (memang jadi tempat foto tapi jarang yang ke sini),” ucap Andri sambil memeras ikat kepala yang basah.
Serupa wisatawan yang datang ke Dangdang Ageung, tak lupa kami pun mengabadikan di tepi danau yang indah itu. Danau berwarna hijau dengan pepohonan di sekelilingnya membuat mata terpana saat melihatnya.
Karena cuaca yang masih diguyur hujan kami pun tak mau memakan waktu lama, mengingat perjalanan untuk kembali ke tempat menginap masih membutuhkan waktu sejam lebih.
Dangdang Ageung jadi rekomendasi lain bagi wisatawan yang ingin trekking di wilayah Baduy Luar. Tapi ingat, harus didampingi dengan guide lokal ataupun masyarakat Baduy ya.
(upd/fem)