
Jakarta –
ChatGPT, seperti kebanyakan chatbot AI lainnya, kadang sering memberikan informasi yang salah atau bahkan mengarang informasi yang ditampilkan. Namun belum lama ini ChatGPT melakukan kesalahan sangat fatal karena chatbot itu menuduh seorang pria membunuh dua anaknya.
Pria yang jadi korban salah tuduh adalah Arve Hjalmar Holmen, seorang warga Norwegia. Ia mengajukan aduan kepada Otoritas Perlindungan Data Norwegia dan meminta OpenAI, pencipta ChatGPT, dijatuhi denda karena informasi yang salah ini sangat merugikannya.
Holmen diberi informasi yang salah saat ia menggunakan ChatGPT untuk mencari: “Siapa Arve Hjalmar Holmen?”. Chatbot AI itu menjawab bahwa Holmen dikenal publik setelah membunuh dua anaknya.
“Arve Hjalmar Holmen adalah warga Norwegia yang menarik perhatian karena sebuah peristiwa tragis,” tulis ChatGPT dalam jawabannya, seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/3/2025).
“Ia adalah ayah dari dua anak laki-laki berusia 7 dan 10 tahun, yang ditemukan tewas secara tragis di sebuah kolam dekat rumah mereka di Trondheim, Norwegia, pada Desember 2020,” sambungnya.
ChatGPT juga menyebut Holmen dihukum penjara selama 21 tahun setelah membunuh dua anaknya, dan mencoba membunuh anak ketiganya. Anehnya, jawaban ChatGPT juga berisi beberapa informasi yang benar, termasuk jumlah anak Holmen, usia dan gendernya, serta nama kampung halamannya.
Organisasi hak asasi digital Noyb, yang mengajukan aduan atas nama Holmen, mengatakan jawaban yang diberikan ChatGPT bersifat memfitnah dan melanggar aturan perlindungan data pribadi Uni Eropa (GDPR).
“GDPR sudah jelas. Data pribadi harus akurat. Dan jika tidak, pengguna memiliki hak untuk mengubahnya agar sesuai dengan kebenaran,” kata pengacara Noyb Joakim Söderberg.
“Menunjukkan pengguna ChatGPT sebuah peringatan kecil bahwa chatbot dapat membuat kesalahan tentu tidak cukup. Anda tidak dapat menyebarkan informasi palsu dan pada akhirnya menambahkan peringatan kecil yang mengatakan bahwa tidak semua yang Anda katakan benar,” sambungnya.
Ini merupakan kasus halusinasi terbaru yang dialami ChatGPT. Halusinasi adalah kejadian di mana chatbot AI mengarang informasi dan menampilkannya sebagai fakta. Ini merupakan salah satu masalah besar terkait chatbot AI yang ingin dipecahkan oleh ilmuwan.
Kasus halusinasi lainnya yang melibatkan ChatGPT termasuk menuduh seorang pria melakukan penipuan dan penggelapan, seorang reporter pengadilan melakukan pelecehan anak, dan seorang profesor hukum melakukan pelecehan seksual.
(vmp/vmp)