Jakarta –
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Bersama Digital Data Center (BDDC) secara resmi meluncurkan Indonesia Internet Exchange Jakarta Kedua (IIX-JK2) di fasilitas data center terbaru BDDC, JST1, yang berlokasi di Jakarta Timur.
Langkah strategis ini bertujuan memperkuat ekosistem digital Indonesia, menyediakan infrastruktur interkoneksi yang lebih efisien, cepat, dan aman, serta menjawab kebutuhan industri akan konektivitas yang handal.
IIX-JK2 hadir untuk melengkapi Indonesia Internet Exchange (IIX) yang telah ada sebelumnya di Cyber 1, dengan fokus mendekatkan penyedia layanan internet (ISP) dengan penyedia konten digital (content providers) dan hyperscalers. Solusi ini diharapkan mampu mengatasi tantangan yang sebelumnya dihadapi, termasuk keterjangkauan dan efisiensi pengelolaan trafik data yang terus meningkat.
“Dengan pertumbuhan trafik internet yang meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dalam tiga tahun terakhir-dari 1,3 Tbps pada tahun 2021 menjadi 14 Tbps di akhir tahun 2024 (peak traffic)-kehadiran IIX-JK2 menjadi kebutuhan yang mendesak. Infrastruktur ini memungkinkan ISP untuk menghubungkan trafik mereka dengan lebih efisien, mengurangi latensi, serta mendukung transformasi digital dan kedaulatan data nasional,” tutur Ketua Umum APJII Muhammad Arif dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/1/2024).
Arif memaparkan keunggulan strategis IIX-JK2, yaitu dekat dengan content providers dan hyperscalers, infrastruktur scalable dan bersertifikasi global, dukungan terhadap kedaulatan data, meningkatkan kapasitas Meet-Me-Room (MMR), dan kemudahan akses jaringan fisik ke dalam data center.
Sementara itu, Setyanto Hantoro, Komisaris Utama BDDC, menambahkan Pusat data JST1 dirancang sebagai fasilitas Tier IV yang bersertifikasi global dari Uptime Institute, dengan kapasitas 5 megawatt untuk mendukung operasional 24/7 yang handal dan scalable.
“Melalui kolaborasi dengan APJII dalam IIX-JK2, kami memastikan interkonektivitas yang lebih baik, yang tidak hanya mempercepat distribusi data tetapi juga memperkuat ekosistem digital nasional. Dengan kepastian hukum, tarif listrik yang kompetitif, dan insentif yang mendukung, Indonesia dapat menjadi pusat investasi data center di Asia Tenggara,” kata Setyanto.
Potensi Pasar Pusat Data di Indonesia
Pasar pusat data di Indonesia terus tumbuh pesat, dengan nilai pasar mencapai USD 3,7 miliar (Rp 57,7 triliun) pada 2024, serta investasi mencapai USD 634 juta (Rp 9,8 triliun). Berdasarkan proyeksi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Asia Tenggara diperkirakan akan memiliki kapasitas pusat data sebesar 2.733 megawatt pada 2028.
Muhammad Arif menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri pusat data, terutama dengan kelebihan sumber daya listrik di Jawa dan Batam.
“Namun, keberhasilan ini memerlukan regulasi yang ramah investasi, insentif yang menarik, serta kepastian hukum yang mendukung perkembangan ekosistem digital,” kata Arif.
Ia juga menegaskan hadirnya IIX-JK2 ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkuat kapasitas serta keandalan IIX-APJII yang selama ini berperan sebagai hub utama interkoneksi bagi para penyelenggara jaringan internet nasional.
“Langkah ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan APJII untuk mendukung kebutuhan anggota kami dalam menyediakan layanan yang cepat, aman, dan efisien bagi pengguna akhir,” pungkasnya.
(agt/fay)