
Jakarta –
Presiden RI ke-6 sekaligus Chairman The Yudhoyono Institute (TYI), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menceritakan momen saat mengetahui kebijakan tarif tinggi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Saat itu, ia tengah berlibur dan merasa terganggu oleh kondisi yang terjadi.
Hal itu disampaikan SBY dalam diskusi yang digelar TYI yang bertajuk ‘Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global’, Minggu (13/4/2025). SBY menceritakan saat itu dirinya sedang berlibur untuk melukis di kawasan Cisarua, Bogor.
“Kemarin saya lukis ada 6 lukisan landscape yang indah di tempat itu mengabadikan Gunung Pangrango, Gunung Salak, dan pemandangan yang lain. Tetapi malam hari saya terganggu dengan betapa maraknya, betapa chaotic-nya dunia sekarang ini lantaran, makin intensif yang disebut dengan perang tarif,” kata SBY dalam paparannya.
Situasi saling balas antara China dan Amerika Serikat, ditambah dampaknya terhadap Indonesia yang turut terkena kenaikan tarif, menjadi perhatian serius bagi SBY. Ia pun segera memanggil stafnya untuk menuliskan sesuatu terkait hal tersebut.
“Di tengah malam saya memanggil staf saya, Kolonel Tumpal, coba saya ingin menulis sesuatu. Tidak akan saya lepas dalam bentuk tweet karena saya tahu sebagai seorang yang pernah memimpin negeri ini, saya harus hemat bicara dan berhati-hati dalam bicara,” sebutnya.
SBY menegaskan bahwa setiap pernyataan yang disampaikannya harus tepat secara politik. Oleh karena itu, ia terlebih dahulu menulis pernyataan untuk merespons situasi tersebut.
“Saya akan memastikan setiap yang saya sampaikan politik correct. Dan itu bagi saya etika. Ditulislah tujuh butir bagaimana sebaiknya Indonesia menyikapi yang baru saja disampaikan oleh Presiden Donald Trump,” ucapnya.
Kemudian beberapa hari setelahnya dia mendengar kebijakan pemerintah RI terkait hal itu. Sikap pemerintah, menurut dia, mirip seperti yang ada di pikirannya.
“Saya bersyukur karena yang dijelaskan oleh para menteri Indonesia, tentu termasuk Presiden Prabowo Subianto yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Itu boleh dikatakan 80 persen sama dengan apa yang saya pikirkan,” katanya.
“Dan kalau bisa saya rekomendasikan kepada pemerintah Indonesia. Saya khawatir kalau Indonesia terlalu reaktif, lebih emosional, dan kurang rasional. Ketika kita menyadari kita ini siapa, dunia seperti apa, Amerika Serikat seperti apa,” tambah dia.
Lihat juga Video: Reaksi SBY Saat Dengar Kabar Perang Tarif Memanas
(ial/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini