Jakarta –
12 hari setelah ditangkap di Prancis — dan dibebaskan dengan uang jaminan sebesar 5 juta Euro –, CEO Telegram Pavel Durov akhirnya angkat bicara.
Durov curhat dalam pernyataan sepanjang 600 kata yang diposting lewat akun Telegramnya itu. Dalam curhatannya itu, Durov menyebut penangkapannya itu adalah kejadian yang mengejutkan dan tidak adil.
Namun ia juga mengakui bahwa mengurus Telegram kini memang menjadi lebih sulit, dan menjanjikan kini target pribadinya adalah memperbaiki Telegram dengan signifikan, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Jumat (6/9/2024).
Sebagai informasi, Durov ditangkap karena platformnya dianggap bertanggung jawab atas berbagai kejahatan seperti penyebaran pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan software peretasan, serta menolak bekerjasama dalam penyelidikan aktivitas ilegal.
Nah, ada beberapa poin pembelaan Durov yang menyebut bahwa penangkapannya itu tidak tepat.
Telegram punya perwakilan resmi di Uni Eropa yang akan menerima dan membalas permintaan dari Uni Eropa. Alamat email perwakilannya itu tersedia secara publik, dan akan muncul saat dicari di Google dengan keyword “Telegram EU address for law enforcement”.
Pihak berwajib Prancis punya banyak cara untuk menghubungi Durov. Pasalnya ia adalah pemegang paspor Prancis, dan dia sering mendatangi konsulat Prancis di Dubai. Bahkan Durov mengaku pernah membantu Prancis membuat nomor telepon hotline dengan Telegram untuk menangani masalah terorisme di Prancis.
Durov juga menyesalkan penggunaan aturan yang dibuat sebelum era ponsel pintar untuk mengatur layanan internet. Menurutnya, membangun teknologi sudah sangat susah, dan langkah seperti itu membuat tak ada orang yang mau membangun sebuah layanan baru.
“Menggunakan aturan hukum yang dibuat sebelum era ponsel pintar untuk menghukum CEO dengan kejahatan yang dilakukan oleh pihak lain di platform yang ia buat adalah pendekatan yang salah,” keluh Durov dalam pernyataannya itu.
Pada akhir pernyataannya, Durov mengakui bahwa Telegram memang tidak sempurna. Terutama pada fakta bahwa pihak berwajib kesulitan untuk mencari alamat pengaduan ke Telegram, dan menurutnya hal itu akan ditingkatkan oleh Telegram ke depannya.
“Namun klaim yang beredar di media bahwa Telegram adalah surga bagi anarkis adalah benar-benar salah. Kami menghapus jutaan postingan dan kanal berbahaya tiap harinya. Kami juga mempublikasikan laporan transparansi. Kami punya sambungan hotline dengan LSM untuk memproses permintaan moderasi yang darurat agar bisa lebih cepat,” jelasnya.
“Peningkatan jumlah pengguna Telegram hingga 950 juta menimbulkan masalah baru yang membuat kriminal menyalahgunakan platform kami. Karena itulah saya punya target pribadi yaitu memastikan kami meningkatkan hal-hal yang diperlukan,” tutup Durov.
(asj/asj)