Jakarta –
Tahun 2024 bukanlah tahun yang bagus bagi raksasa penerbangan Amerika Serikat (AS), Boeing. Kecelakaan Jeju Air kembali menyeret Boeing.
Menjelang berakhirnya 2024, industri penerbangan kembali berduka setelah pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan tragis yang menewaskan 179 dari 181 penumpang yang dibawanya. Jeju Air yang mengalami kecelakaan di Bandara Muan itu menggunakan Boeing 737-800.
Dilansir dari AP, Senin (30/12/2024) penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan, walau sejauh ini serangan burung yang ditengarai menjadi penyebabnya.
Kinerja Boeing kembali dipertanyakan dalam kecelakaan itu setelah serangkaian kecelakaan fatal terkait keamanan dari pesawat ciptaannya.
Saat ini, ahli penerbangan mencoba netral. Alan Price, mantan kepala pilot di Delta Air Lines, yang sekarang menjadi konsultan, mengatakan tidak tepat untuk menghubungkan insiden Jeju Air dengan dua kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat jet Boeing 737 Max yang bermasalah pada tahun 2018 dan 2019.
Selain itu, pada Januari 2024, penahan pintu terlepas dari 737 Max saat sedang terbang menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang pesawat (Boeing) itu.
“Boeing 737-800 yang jatuh di Korea adalah pesawat yang sangat terbukti. Berbeda dengan Max… Ini adalah pesawat yang sangat aman,” kata Price.
Reputasi Boeing dalam hal keselamatan ternoda terutama oleh kecelakaan 737 Max, yang terjadi di lepas pantai Indonesia dan di Ethiopia dengan jarak kurang dari lima bulan pada tahun 2018 dan 2019 dan menewaskan total 346 orang. Dalam lima tahun sejak saat itu, Boeing telah merugi lebih dari $23 miliar. Dan telah tertinggal dari pesaingnya dari Eropa, Airbus, dalam hal penjualan dan pengiriman pesawat baru.
AS kirim tim penyelidik, termasuk Boeing
Dikutip dari Guardian, AS mengirim penyelidik untuk membantu investigasi penyebab jatuhnya Jeju Air di Bandara Muan pada hari Minggu dini hari.
Tim penyelidik tersebut terdiri dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), Badan Penerbangan Federal (FAA), dan Boeing.
“NTSB memimpin tim penyelidik AS (NTSB, Boeing, dan FAA) untuk membantu Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Republik Korea (ARAIB) dalam investigasi mereka terhadap kecelakaan Jeju Air pada 29 Desember di Bandara Internasional Muan di Muan, Republik Korea,” tulis akun NTSB Newsroom di X.
(sym/fem)