Jakarta –
Baduy kini menjadi sebuah destinasi wisata yang menyuguhkan pengalaman menarik dan tak terlupakan.
Jelas tak terlupakan, karena area tersebut bukannya destinasi wisata seperti tempat-tempat lainnya. Wilayah yang terbagi dua yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam itu dalam beberapa waktu akan dipadati oleh wisatawan.
Salah satunya saat detikTravel berkunjung beberapa waktu lalu sedang berlangsung musim durian, dimulai sejak akhir Desember 2024 hingga akhir Januari 2025. Dalam periode itulah wisatawan berbondong-bondong mendatangi Baduy, khususnya Baduy Luar.
Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Baduy itu hanya satu hari alias tek-tok atau bolak-balik tanpa menginap, Nah ternyata wisatawan pun sebenarnya bisa saja jika ingin menghabiskan waktu lebih lama di Baduy.
Menurut Kepala Desa Baduy atau disebut dengan jaro, rumah-rumah di Baduy Luar maupun Baduy Dalam bisa untuk diinapi oleh wisatawan. Mungkin masih banyak orang yang belum tahu mengenai hal itu.
Namun tentunya dengan beberapa ketentuan yang harus dan wajib diikuti oleh wisatawan, semisal wisatawan perempuan tidak boleh satu rumah dengan wisatawan laki-laki. Dan tentunya yang paling penting menjaga tata krama dan kebersihan lingkungan.
“Nah yang boleh diinapin dari wisatawan itu di manapun bisa yang penting peraturannya diikuti, ikuti tradisi kami. Contohnya kalau yang Saba Budaya Baduy itu kan nginepnya pasti di rumah warga kan? Nah di situlah kalau misalnya perempuan harus sama perempuan, kalau laki-laki haru sama laki-laki,” kata Jaro Oom, yang suaranya tersamarkan oleh hujan besar.
Selain itu, andai yang ingin menginap adalah rombongan wisatawan harus menyesuaikan dengan keadaan rumah yang hendak diinapi. Jaro Oom menyebut biasanya wisatawan yang menginap di Baduy ini hanya satu malam saja.
Rumah masyarakat adat Baduy. (detikcom/Andhika Prasetia)
|
Tapi bukan berarti tidak bisa dua atau hingga berhari-hari, tinggal lapor saja ke pemilik rumah dan kepada pimpinan wilayah agar mengetahui maksud untuk menginap berhari-bari.
“Kalau misal rumahnya ya kecil paling bisa lima orang atau empat orang, tapi kalau misal rumahnya luas bisa tujuh orang gitu. Bisa di mana saja mau di Baduy Luar maupun Baduy Dalam bisa menginap, cuma biasanya satu hari,”
Dan untuk harga menginap pun disesuaikan saja, biasanya tak melulu semua dibayar dengan uang tapi juga bahan sembako (untuk nantinya dimasak dan dimakan bersama). Saat detikTravel di Baduy Luar pun, kami menginap di salah satu rumah warga yakni Jamal, ia yang juga pemandu wisata di Baduy kerap menerima tamu untuk menginap.
Menurutnya semua rumah di Baduy bisa saja ditinggali oleh para wisatawan yang ingin bermalam atau menikmati hari lebih lama di sana. Biasanya memang yang tidak boleh ditinggali adalah rumah-rumah petinggi adat.
“Banyak juga sih di rumah warga juga, yang nggak boleh itu rumah kokolot,” kata Jamal.
Saat menginap di Baduy jangan heran jika situasi akan berbeda ketika malam. Jika di siang hari suasana akan ramai oleh para warga dan wisatawan yang berkunjung, maka di malam hari suasana akan hening dengan kegelapan yang menyelimuti.
Udara dingin pun berhembus memberikan ketenangan di sana, kehangatan terasa saat obrolan-obrolan warga di sana yang terdengar. Dan suara binatang ikut menenangkan suasana di sana.
Seperti yang sudah disebutkan, tak ada patokan harga atau harga pasti berapa nominal untuk bisa menginap di rumah warga Baduy.
Kemudian, di awal masuk menuju area perkampungan Baduy Luar dari pintu masuk Terminal Ciboleger, wisatawan akan dikenakan retribusi sebesar Rp 5.000 per orang. Di pos penjagaan itu, wisatawan akan mengisi identitas, jumlah kelompok, dan tujuan ke sana (menginap atau tidak).
(upd/bnl)