Jakarta –
Sebagai wilayah endemi, Papua termasuk sulit menekan kasus penyakit malaria. Bahkan, di 2023 kasus malaria meningkat menjadi 92 persen atau lebih dari 500 ribu infeksi, yakni penyumbang terbesar kasus di Tanah Air.
Artinya, nyaris seluruh wilayah di Papua mencatat kasus tinggi malaria. Terbanyak berada di provinsi Jayapura hingga Keerom.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr Robby Kayame mengaku segala upaya telah dilakukan, termasuk imunisasi, tatalaksana pencegahan penularan pemakaian kelambu, hingga perbaikan sanitasi di lingkup warga Papua. Namun, hasil yang didapat belum sejalan dengan upaya optimal yang selama ini dilakukan.
“Kita rasanya stres, seperti tidak punya strategi lagi, harus kerja keras terus melihat apa yang cocok untuk menghabiskan malaria di bumi Papua,” tutur dr Robby dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional Kemenkes RI 2024 di ICE BSD Kabupaten Tangerang, Kamis (25/4/2024).
Siasat Baru Papua
Dari situlah kemudian Papua melakukan strategi baru minum obat massal malaria (MOMAL), di tahap awal pada dua wilayah Kabupaten Papua, di Jayapura menyasar Desa Asei Besar dan Desa Nendali. Sementara untuk Kabupaten Keerom, dilakukan di sedikitnya tiga desa yakni Arso Barat, Yamua, dan desa Dukwia.
Kegiatan di seluruh desa tersebut berlangsung selama tiga periode sejak 1 Oktober hingga 3 Desember.
“Hasilnya sangat menakjubkan sekali, luar biasa. Penurunan kasusnya lebih dari 50 persen, di atas 50 persen hampir di semua wilayah Papua tersebut,” tandasnya.
Fokus Papua untuk mengatasi malaria juga ditekankan Roby berdampak signifikan di kasus stunting. Pasalnya, penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina tersebut.
Malaria yang disebabkan oleh parasit ini dapat menyebabkan anemia atau kekurangan darah. Jika ibu hamil mengalami anemia, anak akan terlahir dengan berat badan kurang yang berisiko menjadi kondisi stunting sehingga menghambat tumbuh kembang anak.
“Ibu-ibu yang di Papua itu kan daerah endemisnya tinggi, kena infeksi malaria berulang-ulang, kena malaria, sembuh, kena lagi, pada waktu melahirkan itu kan terjadi berat badan lahir rendah, stunting,” beber dia.
“Meskipun ikan banyak, protein banyak, tapi karena ada malaria, malaria penyebab stunting tinggi, makanya kalau malaria turun, otomatis stunting turun,” pungkasnya.
Simak Video “Kemenkes Targetkan Kasus Malaria Turun hingga 90% di 2030“
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)