Jakarta –
Banjir rob (luapan air laut) di Jakarta Utara (Jakut) berhari-hari pasang surut. Ini jadi bukti penurunan tanah dan perubahan iklim benar-benar nyata. Hal ini disampaikan oleh Peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrem dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto.
Melalui pesan singkat, Siswanto menjelaskan bahwa meski penurunan tanah yang signifikan juga berpengaruh, faktor paling dominan dari banjir rob di Jakarta Utara adalah akibat perubahan iklim.
“Benar, banjir rob sering dianggap sebagai salah satu bukti nyata dari dampak perubahan iklim,” tegas Siswanto.
“Kenaikan permukaan laut meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir rob, yang sulit diatasi hanya dengan infrastruktur fisik seperti tanggul. Selain itu, perubahan pola cuaca dan gelombang pasang yang lebih tinggi juga berkontribusi pada peningkatan risiko banjir rob di wilayah tersebut,” jabarnya kepada detikINET, Jumat (20/12/2024).
Banjir rob adalah fenomena banjir yang terjadi akibat pasang surut air laut yang meluap ke daratan, terutama di wilayah pesisir yang lebih rendah dari permukaan laut. Siswanto pun menerangkan beberapa penyebab utama banjir rob.
1. Pasang surut air laut: fenomena pasang surut air laut disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi. Ketika posisi Bulan, Matahari, dan Bumi sejajar (pasang purnama), tarikan gravitasi menjadi lebih kuat sehingga air laut mencapai ketinggian maksimum.
2. Kenaikan permukaan air laut: perubahan iklim global menyebabkan es di Kutub mencair, sehingga volume air laut meningkat. Akibatnya, wilayah pesisir menjadi lebih rentan terhadap banjir rob karena peningkatan ketinggian permukaan laut.
3. Penurunan permukaan tanah (land subsidence): penurunan permukaan tanah yang sering terjadi akibat eksploitasi air tanah berlebihan membuat wilayah pesisir lebih mudah tergenang oleh air laut.
4. Kerusakan ekosistem pesisir: kerusakan ekosistem pesisir, seperti penebangan liar hutan mangrove, mengurangi kemampuan wilayah pesisir dalam menahan gelombang pasang atau abrasi.
5. Angin kencang dan gelombang tinggi: angin kencang yang terjadi akibat cuaca ekstrem dapat mendorong air laut ke daratan, sehingga memicu banjir rob.
Ditulis detikNews, warga Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, bercerita banjir tahun ini yang terparah sejak 10 tahun silam. Salah seorang warga bernama Sudirman (37) yang tinggal dengan keluarganya di RT 2/RW 22 membagikan kisahnya.
Sudirmah mengaku rumahnya terhitung dibangun di tanah yang lebih rendah dari rumah warga lain. Efeknya, dia mengalami efek banjir rob yang lebih parah lagi.
“Tiap tahun pasti banjir. Ini aja sejarah sejak 10 tahun di sini, tinggi banjir sampai se-perut saya yang masuk rumah, kemarin Sabtu-Minggu. Kalau rob pasti banjir sini,” kata Sudirman ketika berbincang di rumahnya, Kamis (19/12/2024).
Saksikan juga d’Rooftalk: Janji Pramono Anung 1 Periode Saja
[Gambas:Video 20detik]
(ask/ask)