Jakarta –
Salah satu media asing menyoroti keramaian di Bali dan menyebutkan pulau dewata overtourism. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menampik merujuk statistik jumlah kunjungan wisatawan.
Chanel News Asia menuliskan artikel ‘Not quite the Bali it used to be? This is what overtourism is doing to the island’. Mereka menilai Bali tidak sesantai dan sebebas dulu.
Kemenparekraf menyebut berdasarkan statistik jumlah turis yang datang ke Bali belum melampaui jumlah kunjungan turis ke Bali sebelum pandemi.
“Di tahun 2019 itu, jumlah wisatawan asing 16,11 juta dan 2023 kan 11,68 juta. Dari angka tersebut secara nasional kita belum kembali ke masa pra pandemi. Tetapi khusus ke Bali kita lihat data di 2019 dari total 16,11 juta yang ke Bali itu wisman adalah 6,3 juta atau sekitar 40%. Sedangkan di tahun 2023 dari 11,68 juta wisman ke Indonesia, yang ke Bali 5,2 juta,” kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama, Nia Niscaya, dalam konferensi pers, Senin (29/4/2024).
“Jadi di tahun 2019, Bali menerima 6,3 juta wisman dan tahun 2023 sebanyak 5,2 juta. Jadi kita belum kembali masa pra pandemi. Sedangkan wisnus ke Bali tahun 2019 ada 10,5 juta dan tahun 2023 ada 9,8 juta orang. Jadi jika dibilang overtourism, kita belum ke situ, jika dilihat dari segi statistik,” dia menambahkan.
Pendapat senada disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun. Dia menyebut Bali bukan sedang menghadapi overtourism, tetapi penumpukan wisatawan. Dia bilang saat ini, turis di Bali terpusat di kawasan selatan sehingga terkesan overtourism.
“Mungkin kalau dari sisi overtourism, mungkin kondisi terkonsentrasinya kunjungan wisata mancanegara ke Bali terutama Bali Selatan. Ini menjadi atensi kami untuk bagaimana pemerataan kunjungan wisman itu di beberapa kawasan pariwisata di Bali,” kata Pemayun.
Dia menambahkan bahwa pemerintah Bali telah menyiapkan pola untuk pendistribusian wisatawan. Salah satunya adalah membenahi infrastruktur dan aksebilitas.
“Kami di Bali sudah menyusun pola perjalanan, untuk bagaimana kita akan didistribusikan wisatawan. Kita arahkan untuk ke Bali Utara, Bali Timur maupun Bali barat, sehingga kesan overtourism ini tidak ada. Karena memang secara umum, kunjungan turis ke Bali belum seperti sebelum pandemi,” dia menambahkan.
Langkah lain yang dilakukan Bali untuk mempermudah penyebaran wisatawan adalah membenahi atraksi dan membangun aksesbilitas.
“Pertama kalau dari sisi atraksi, kami sudah melakukan pembenahan destinasi dan akses menuju Besakih. Kami juga sudah kerjasama dengan membangun tempat dengan Paramount di Bali barat. Berikut juga kita sudah membangun Tower Turyapada di Bali utara,” kata Pemayun.
“Dari sisi aksesibilitas kami sudah shortcut- shortcut menuju ke Singaraja, itu sudah tahun ini sudah mulai rampung. Dan juga kalau pembangunan jalan tol dari Bali Barat menuju Mengwi itu sudah mulai dilanjutkan kembali. Mudah-mudahan dengan atraksi yang sudah kita buat baru dan ada beberapa atraksi yang dibenahi, termasuk aksesibilitas, kasus overtourism ini bisa kita minimalisir,” dia menegaskan.
Saksikan Live DetikPagi:
Simak Video “Hidden Gem Bali: Ngopi Santai di Atas Tebing Karang Boma“
[Gambas:Video 20detik]
(sym/fem)