Jakarta –
Di Jogja, warung kaki lima ini viral berkat menu telur crispy yang mereka tawarkan. Siapa sangka menu favoritnya ini berawal dari produk gagal.
Banyak menu tradisional dan rumahan enak yang layak dicoba di Jogja. Untuk sarapan, kamu bisa cicip telur dadar crispy nikmat yang ternyata berawal dari produk gagal ini.
Pilihan tempat makan di Jogja sangat banyak, termasuk spot sarapan yang populer di Jalan I Dewa Nyoman Oka Nomor 3 ini. Namanya Warung Pojok Mbak Yuni yang sudah ada sejak 2007.
Tempat jualannya ikonik menempati trotoar di kaki lima. Area masaknya bisa dilihat dengan jelas dimana penjual tak henti-hentinya menggoreng di anglo yang bahan bakarnya api arang.
Warung Pojok Mbak Yuni jadi spot sarapan populer di Jogja. Foto: YouTube Kawan Dapur
|
Penggunaan arang dinilai ideal karena bisa membuat masakan lebih matang merata, rasanya lebih enak, dan tak cepat basi untuk nasi.
Menu andalan di sini adalah telur gobal-gabul alias telur crispy. Berupa telur dadar yang digoreng sampai kering, permukaannya keriting, dan teksturnya renyah.
Telur ini dicampur tepung terigu dan limpahan irisan daun bawang. Dalam sehari, konon Mbak Yuni bisa menghabiskan 60 kg telur. Ia berjualan sejak pukul 6 pagi hingga siang, sampai lauk-lauknya habis.
Mengutip YouTube Kawan Dapur (3/1/2025), rupanya ada cerita unik di balik menu telur dadar crispy ala Mbak Yuni. Ia bercerita awalnya punya ide bikin telur barendo yang seperti di masakan Padang.
Proses menggoreng telur dadar crispy di anglo. Foto: YouTube Kawan Dapur
|
“Nah terus saya campur-campur kan, lah nggak jadi (telur barendo). Malah jadinya telur kayak gini. Awalnya produk gagal,” ujar Mbak Yuni.
Ia merintis warung ini berdua dengan sang suami. Namun seiring waktu, usahanya berkembang pesat hingga kini punya 20 karyawan.
Diakui Mbak Yuni, dirinya adalah sosok yang cuek. Ia pun tak perduli dengan dugaan atau tuduhan dirinya menggunakan penglaris untuk usahanya yang selalu laris diantre ini.
“Saya cuek kok, yang penting kan saya nggak (begitu). Kalau ada yang ngomong, ada yang ngatain, coba tunjukkan” sahutnya.
Sebelum membuka warung, Mbak Yuni mengawali usahanya di rumah. Namun usaha ini bangkrut pada 1998 ketika masa krisis moneter.
Mbak Yuni bersyukur kini bisa mempekerjakan 20 karyawan. Foto: YouTube Kawan Dapur
|
Mbak Yuni mau mengadu nasib ke Jakarta, tapi ternyata mengalami musibah banjir pada tahun 2002. Akhirnya ia kembali ke Jogja untuk usaha di sini.
Pada 2007, ia membuka warung nasi dengan modal sederhana. Hanya Rp 150 ribu untuk beli 2 kilogram beras, 1/4 kilogram ayam, dan 1/2 kilogram telur.
Sayur yang ditawarkan pun hanya 2 macam. Mbak Yuni bilang karena ingin mencari pelanggan dulu. “Sekarang sayurnya ada 27 macam,” lanjutnya.
Menu nasi dengan aneka lauk ini dibanderol murah meriah, mulai dari Rp 10 ribuan saja. Banyak yang memuji cita rasa menu tradisional rumahan yang enak di sini, sampai-sampai mereka rela antre.
(adr/odi)