
Jakarta –
Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperketat aturan pemberian visa. Pemohon visa yang terdeteksi mengkritik Israel di media sosial (medsos) terancam ditolak masuk ke Negeri Paman Sam.
Dikutip dari The New Times, Kamis (3/4/2025) Menteri Luar Negeri Marco Rubio meminta konsuler memeriksa media sosial (medsos) pemohon visa tertentu yang dicurigai mengkritik AS dan Israel. Jika ketahuan mendukung Palestina dan mengkritik AS beserta sekutu dekatnya, si pemohon visa tersebut terancam dilarang masuk ke AS.
Rubio menyampaikan instruksi tersebut dalam kabel diplomatik pada 25 Maret. Langkah itu diambil sembilan pekan setelah Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memulai kampanye mendeportasi beberapa warga negara asing, termasuk mereka yang mungkin memiliki sikap bermusuhan terhadap warga negara, budaya, pemerintah, lembaga, atau prinsip-prinsip pendiri Amerika.
Trump juga mengeluarkan perintah eksekutif untuk memulai tindakan keras terhadap apa yang disebutnya antisemitisme, yang mencakup mendeportasi mahasiswa asing yang telah ambil bagian dalam protes kampus terhadap perang Israel di Gaza.
Arahan Rubio menyatakan bahwa mulai saat itu juga, petugas konsuler harus merujuk beberapa pemohon visa pelajar dan pengunjung pertukaran ke unit pencegahan penipuan untuk pemeriksaan media sosial.
Unit pencegahan penipuan dari bagian urusan konsuler kedutaan besar atau konsulat, yang mengeluarkan visa, membantu menyaring pemohon.
Pesan dalam kabel diplomatik itu mencantumkan parameter luas yang harus digunakan para diplomat untuk menilai apakah akan menolak visa.
“Kami tidak menginginkan orang-orang di negara kami yang akan melakukan kejahatan dan merusak keamanan nasional kami atau keselamatan publik,” kalimat dalam pesan kabel yang mengutip pernyataan yang dibuat Rubio dalam wawancara dengan CBS News pada 16 Maret.
“Sesederhana itu, terutama orang-orang yang berada di sini sebagai tamu. Itulah visa,” dia menambahkan.
Rubio memang secara agresif menegakkan kebijakan anti Palestina. Dia bahkan sudah mencabut lebih dari 300 visa, mayoritas pelajar.
“Kami memberi Anda visa untuk datang dan belajar serta memperoleh gelar, bukan untuk menjadi aktivis sosial yang merusak kampus kami,” kata dia pekan lalu, dikutip Anadolu Agency.
“Jika Anda berbohong kepada kami dan memperoleh visa lalu memasuki Amerika Serikat, lalu dengan visa tersebut Anda ikut serta dalam kegiatan semacam itu, kami akan mencabut visa Anda,” dia menambahkan.
AS di bawah pemerintahan Donald Trump kian menunjukkan dukungan kuat ke Israel. Mereka juga menangkap dan mendeportasi orang-orang yang mendukung Palestina.
(fem/fem)