
Jakarta –
Penemuan spesies baru ular raksasa anakonda hijau (Eunectes akayima) betina di Amerika Latin, pada Februari lalu bikin heboh. Tetapi, si ular ditemukan tewas dan diduga ditembak.
Kematian ular dan dugaan penyebabnya itu diungkapkan oleh Freek Vonk, presenter televisi Belanda dan ahli biologi. Dia juga bagian dari tim ilmuwan internasional yang menemukan jenis anakonda baru yang di bagian utara hutan hujan Amazon itu.
Lewat Instagramnya, Vonk mengaku telah diberitahu oleh berbagai sumber bahwa anakonda telah ditembak meskipun penyebab resmi kematiannya belum diketahui.
“BREAKING: dengan rasa sakit hati yang mendalam, saya ingin mengabarkan anakonda hijau besar yang perkasa yang pernah berenang bersamaku ditemukan mati di sungai akhir pekan ini,” kata Freek Vonk, profesor di VU University Amsterdam, salah satu dari 15 peneliti penemu spesies baru ini, di akun Instagram-nya, dua hari lalu.
Vonk dan anakonda itu pernah viral di media sosial. Ya, Vonk pernah berenang bersama anakonda hijau itu di dasar sungai beberapa waktu lalu. Postingan itu viral di media sosial dan menjadi tayangan di televisi internasional.
Dia menyebut sejumlah sumber menyatakan ular dengan panjang 7 meter itu ditembak mati, tetapi belum ada konfirmasi resmi mengenai penyebab kematiannya.
“Saya sangat sedih dan marah pada di saat bersamaan! Sungguh kehilangan yang menyedihkan dan tragis. Dan betapa gilanya melakukan ini pada hewan cantik dan unik seperti itu!?” kata dalam postingan berbahasa Belanda.
Vonk mengatakan keberadaan spesies baru anakonda raksasa bukan sekadar ukurannya saja yang istimewa tapi juga karakternya. Di kondisinya yang sangat sehat, sang ular sejatinya bisa menghasilkan banyak keturunan.
Kematian anakonda itu berdampak pada keanekaragaman hayati di kawasan Amazon. Sebab tidak banyak spesies ular raksasa yang berenang di sekitarnya.
Spesies istimewa
Anakonda hijau belum lama ditemukan. Tentang ular raksasa tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah soal status spesies barunya di jurnal MDPI yang ditulis oleh 15 periset lintas negara, termasuk Vonk, pada Februari.
Lewat studi bertajuk ‘Disentangling the Anacondas: Revealing a New Green Species and Rethinking Yellows’, para pakar mengidentifikasi dua kelompok yang berbeda pada anakonda.
Peneliti menggarisbawahi anakonda hijau ini berbeda secara genetik dari anakonda Eunectes murinus.
“Hal ini menyebabkan pengakuan anakonda hijau utara sebagai spesies yang terpisah (Eunectes akayima), berbeda dengan spesies selatannya (E. murinus), anakonda hijau selatan,” menurut para peneliti.
“Selain itu, data kami menantang pemahaman saat ini mengenai spesies anakonda kuning dengan mengusulkan penyatuan Eunectes deschauenseei dan Eunectes beniensis ke dalam satu spesies dengan Eunectes notaeus,” kata peneliti dalam jurnal itu.
Saat mengungkap temuan ini, Vonk menjelaskan anakonda hijau yang habitatnya mencakup kawasan bagian utara Amerika Selatan, termasuk Venezuela, Suriname, dan Guyana Perancis, itu mempunyai perbedaan genetik dengan anakonda biasa sebesar 5,5 persen.
Menurut dia, perbedaan genetik itu sangat signifikan.
“Sebagai gambaran, manusia dan simpanse hanya berbeda sekitar 2 persen secara genetik,” kata dia.
Ia pun menggambarkan ular tersebut seperti ‘monster’ karena memiliki badan setebal ban mobil, dengan panjang 8 meter dan beratnya lebih dari 200 kg, serta kepala sebesar kepala manusia.
Simak Video “Hutan Amazon Dilanda Kekeringan Akibat Perubahan Iklim“
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)