
Jakarta –
Akselerasi penggunaan dan penerapan artificial intelligence (AI) makin kencang di Indonesia. Mulai Government Cloud Computing yang ada di Cikarang hingga pembangunan AI Center di Solo dan Bali, keduanya jadi bukti seriusnya pemerintah menyambut era kecerdasan buatan.
Tak cuma untuk industri, pemanfaatan AI bisa dilakukan dalam lingkup pemerintahan. Salah satu contohnya adalah penggunaan AI untuk identifikasi masalah keluarga miskin di Indonesia. Hal ini diungkap oleh Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo RI Bambang Dwi Anggono dalam acara Intel AI Summit 2024, Kamis (30/5).
“Misal mengatasi keluarga miskin. Memberikan bansos itu luar biasa kemajuan tapi seiring pertumbuhan teknologi, seharusnya kita bisa mengajarkan keluarga itu masalahnya apa,” ujar Bambang.
“Apakah faktor kesehatan, lingkungan, atau mindset. Berpikirnya mending anaknya di pinggir jalan nggak usah sekolah. Hal ini bisa menyebabkan anggaran pemerintah meningkat,” lanjutnya.
Inovasi teknologi seperti AI bisa dimanfaatkan untuk mencari permasalahan tiap keluarga. Dengan data yang ada, seperti data keuangan hingga kesehatan tiap warga negara, pemerintah pada akhirnya bisa mengidentifikasi akar masalah.
“Dana menanggulangi kemiskinan tergantung angka kemiskinan berapa. Kita mengarah pada efisiensi agar anggaran lebih tepat,” ujar Bambang.
Contoh lain pemanfaatan AI untuk mengatasi masalah pemerintahan adalah pemetaan masalah impor, sebutlah impor daging. Ketika daging mahal, solusi impor bisa menjadi langkah yang diambil. Akan tetapi, dengan AI, bisa jadi impor bukanlah satu-satunya cara menyelesaikan permasalahan.
“Daging mahal solusinya ada impor, tetapi data bisa berbicara, hewan ternak ada berapa? Yang ada di pasar berapa? Berarti ada satu masalah di distribusi, dan apakah masalah biaya atau karena disimpan pengusaha? Jadi, solusinya bukan impor,” tutupnya.
Simak Video “Bangkit 2024 Google Siap Bekali 9 Ribu Mahasiswa Baru dengan Keterampilan AI“
[Gambas:Video 20detik]
(ask/fyk)