Jakarta –
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) buka-bukaan tentang kelanjutan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
AHY mengatakan, proyek berskala besar tersebut memerlukan perhitungan yang matang dan cermat. Oleh karena itu, pendalaman masih terus dilakukan hingga saat ini.
“Masih kita hitung, masih kita pelajari. Tapi dalam hal ini, proyek yang besar, benar-benar menghitung dengan cermat,” kata AHY, ditemui di Stasiun Whoosh Halim, Jakarta, ditulis Rabu (25/12/2024).
Selaras dengan itu, AHY juga akan melibatkan banyak stakeholder untuk bisa membuat perencanaan yang matang pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya ini.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, saat ini proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya masih dalam tahap pra-studi.
“Kita masih pra-studi ya, semuanya masih dibahas oleh semua stakeholder,” kata Dwiyana ditemui terpisah.
Sebagai informasi, wacana proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya ini awalnya muncul di pemerintahan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Pada awal tahun ini, KCIC juga sempat mengabarkan bahwa mereka tengah menggodok perencanaan pembangunan lanjutan kereta cepat ke Surabaya.
Dwiyana pada kala itu mengatakan, pihaknya berpeluang besar untuk membangun lanjutan kereta cepat secara bertahap, diawali dari menyambungkan jalur ke Yogyakarta terlebih dahulu.
Menurutnya, kereta cepat yang dibangun duluan hingga Yogyakarta ini merupakan bagian dari pembangunan fase I. Waktu serta biaya pembangunan kereta cepat menjadi pertimbangan utamanya.
“Ada kemungkinan begitu (sampai Yogyakarta lebih dulu), kan kalau sampai Surabaya masalah waktu, biaya, kenapa nggak Yogya?” ungkap pria yang akrab disapa Edo itu di Ruang Rapat Pansus B, Gedung DPR RI, Jakarta Pusat Kamis (25/1/2024) silam.
Memasuki pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana juga sempat menyinggung nasib mega proyek ini. Katanya, studi kelayakan atau feasibility study masih berjalan. Dia pun menekankan kelanjutan proyek itu tetap membutuhkan evaluasi.
“Kita masih pengkajian. Kita masih pengkajian. Prinsipnya, kalau itu memudahkan dan membuat transportasi menjadi murah dan nyaman, why not. Tapi kan segala sesuatu kan tidak bisa ujug-ujug, kita harus evaluasi,” kata Suntana saat ditemui di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (14/11/2024).
Terkait arahan Prabowo yang tidak ingin proyek mercusuar atau anggaran besar, Suntana menjelaskan keberlanjutan proyek itu tergantung hasil dari feasibility study. Apakah ke depannya proyek tersebar dapat membebankan anggaran negara atau tidak. Namun, dia menekankan komitmen pemerintah dalam menjalankan proyek berlandaskan kepentingan masyarakat.
(shc/rrd)