
Jakarta –
Anak-anak di wilayah timur Republik Demokratik Kongo adalah yang paling terdampak oleh wabah mpox saat ini, yang telah dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Negara ini menyumbang hampir semua kasus yang tercatat tahun ini dan lebih dari 450 kematian.
“Awalnya seperti bintik kecil yang meradang. Saya memencetnya dan keluar cairan encer. Kemudian muncul bintik lain, dan setelah beberapa saat, bintik-bintik itu menyebar ke seluruh tubuh,” kata Alain Matabaro, menjelaskan bagaimana mpox berkembang pada putranya yang berusia enam tahun, Amani.
Sekitar 75% kasus yang ditangani oleh petugas medis di sana berusia di bawah 10 tahun, menurut Dr. Pierre-Olivier Ngadjole yang bekerja untuk lembaga amal Medair.
Anak-anak tampaknya sangat terdampak oleh wabah mpox karena sistem kekebalan tubuh mereka yang kurang berkembang.
“Anda juga dapat melihat di rumah-rumah tangga, mereka bahkan menghabiskan malam di ranjang yang sama. Anda dapat menemukan tiga, empat, lima anak. Penularan terjadi setiap hari,” ujar Dr Ngadjole kepada BBC.
Kasus mpox yang terparah juga terjadi di rumah sakit di Kavumu, yang jaraknya sekitar 80 kilometer barat daya Munigi. Sebanyak 800 pasien telah dirawat di sana sejak Juni. Delapan orang di antaranya meninggal dunia, dan semuanya berusia di bawah lima tahun.
Ansima Kanigo yang baru berusia 2 tahun tertular cacar monyet dari salah satu di antara empat saudaranya. Mereka semua menderita penyakit tersebut.
Ibunya, Nzigire Kanigo, 35, awalnya tidak tahu apa itu cacar monyet.
“Ini adalah kali pertama saya melihat penyakit ini. Ketika anak saya sakit, orang tua lain mengatakan kepada saya bahwa itu mungkin campak, kami mulai mengobatinya tapi gagal. Jadi kami memutuskan untuk datang ke sini,” kata Nzigire.
Petugas kesehatan telah mengunjungi tempat-tempat seperti kamp Mudja di dekat Gunung Nyiragongo untuk mengedukasi orang-orang soal apa yang harus dilakukan ketika mereka melihat gejala-gejalanya muncul. Misalnya, membatasi kontak dengan orang lain.
“Penyakit ini membuat kami sangat takut bahwa kami semua akan sakit,” tutur Josephine Sirangunza, yang tinggal di kamp tersebut bersama lima anaknya.
Anak-anak dapat tertular mpox jika mereka melakukan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki gejala. Anak-anak dapat terpapar virus di rumah dari saudara kandung, orang tua, pengasuh, atau anggota keluarga lainnya melalui kontak dekat.
Mirip dengan infeksi pada orang dewasa, tanda paling umum dari mpox pada anak-anak dan remaja adalah ruam yang berkembang dari lesi makulopapular menjadi vesikel, pustula, dan akhirnya koreng. Laporan historis infeksi Mpox klade I atau II pada anak-anak dan remaja menggambarkan bahwa ruam sering disertai dengan demam, menggigil, berkeringat, limfadenopati, sakit tenggorokan, sakit kepala, atau mialgia.
(kna/kna)