Bantul –
Masjid Gedhe Mataram di Kotagede jadi salah satu masjid tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sini ada beduk yang dibuat atas perintah Sunan Kalijaga.
Setiap bagian masjid ini memiliki sejarahnya masing-masing, salah satunya beduk Kiai Dondong. Beduk kuno itu memiliki diameter sekitar 1 meter berwarna cokelat dan di sampingnya terdapat kentungan.
Abdi Dalem Kamasjidan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Mas Panewu Rekso Leksono (70) menjelaskan, beduk ini dibuat atas usulan dari Sunan Kalijaga.
Kala itu, Sunan Kalijaga sedang melakukan perjalanan ke Kulon Progo, tepatnya Desa Dondong. Sunan melihat ada sebuah pohon yang cocok untuk dibuat beduk.
“Ketika berjalan di Kulon Progo itu dia (Sunan Kalijaga) melihat pohon besar yang namanya pohon bayam (salah satu pohon zaman dahulu yang berkayu). Terus kemudian beliau menanyakan itu pohon milik siapa, walaupun itu di hutan. Terus ada ibu-ibu namanya Nyai Brintik. Setelah itu, pikir Kanjeng Sunan Kalijaga bahwa pohon itu kalau ditebang bisa dibuat bahan untuk membuat kerangka beduk,” ucap Rekso Leksono saat ditemui di Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Jumat (22/3) lalu.
Rekso menceritakan, Sunan Kalijaga lalu meminta batang pohon bayam itu kepada Nyai Brintik. Sunan Kalijaga lalu berpesan agar kayu itu dibuat kerangka beduk dan dibawa ke Kerajaan Mataram Islam.
“(Sunan Kalijaga meminta tolong kepada Nyai Brintik) ‘Jadi kalau nanti sudah dipotong, itu tolong dibawa ke Mataram’. Mataram pada saat itu masih kerajaan. Rajanya Panembahan Senopati yang pada saat itu baru membuat Masjid Gedhe Mataram,” ujarnya.
Sesampainya di Kerajaan Mataram Islam, Nyai Brintik atau dikenal juga Nyai Pringgit pun diangkat menjadi abdi dalem. Nyai Brintik lalu diminta tinggal di depan gapura Masjid Gedhe Mataram Kotagede yang saat ini bernama Kampung Dondongan di Desa Jagalan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Kerangka beduk itu lalu dibuat menjadi beduk oleh para tukang yang ditunjuk kerajaan. Rekso menceritakan beduk Kiai Dondong diperkirakan dibuat pada 1590 Masehi atau tiga tahun setelah Masjid Gedhe Mataram selesai dibangun.
“Kira-kira lebih kurang tiga tahun sesudah masjid ini berdiri (1587 M),” ucap pria bernama asli Warisman ini.
Rekso menerangkan lapisan beduk terbuat dari kulit banteng. Dia menyebut kulit banteng dipilih karena dinilai lebih lebar.
Beduk dan kentungan di Masjid Gedhe Mataram Kotagede dimanfaatkan sebagai penanda waktu salat. Dia menerangkan pada H-1 Ramadan, Beduk Kiai Dondong itu ditabuh selama satu jam sebagai penanda datangnya bulan puasa.
Dikutip dari buku ‘Sejarah Lokal dan Asal Usul Nama Daerah di Jagalan’ oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Nyai Brintik ternyata juga ditugaskan untuk menjadi penabuh beduk.
Kemudian sepeninggal Nyai Brintik, tugas sebagai penabuh beduk diteruskan oleh keturunannya. Seiring berjalannya waktu, tugas sebagai penabuh dilakukan oleh jemaah Masjid Gedhe Mataram Kotagede.
——-
Artikel ini telah naik di detikJogja.
Simak Video “Catat! Kegiatan Ramadan di Masjid Istiqlal Selama Bulan Puasa“
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)