–
Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu destinasi wisata terkenal di Jawa Barat. Orang-orang juga mengenalnya sebagai Tangkuban Perahu.
Dilansir laman pengelola Taman Wisata Alam (TWA) ini, Gunung Tangkuban Parahu memiliki ketinggian setinggi 2.084 meter di atas permukaan laut. Ini adalah gunung berapi aktif yang memiliki deretan kawah yang menakjubkan.
Lokasi Tangkuban Parahu
Gunung Tangkuban Parahu berada di Jl. Tangkuban Parahu No. 282, Cikole Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Lokasinya sekitar sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung. Akses ke Tangkuban Parahu bisa ditempuh dengan jalur Bandung-Ledeng-Lembang.
Jika dari arah Lembang, untuk bisa mencapai gerbang utama masuk objek wisata Gunung Tangkuban Parahu jaraknya 11 km ke arah Subang.
Daya Tarik Tangkuban Parahu
Terdapat beberapa kawah TWA Gunung Tangkuban Parahu yaitu:
- Kawah Ratu
- Kawah Upas
- Kawah Baru
- Kawah Domas.
Kawah yang paling populer di Tangkuban Parahu yaitu Kawah Ratu, Kawah Upas, dan Kawah Domas.
Gunung Tangkuban Perahu. (Irpan Rispandi/d’Traveler)
|
Tidak hanya menikmati pemandangan alam daan kawah putihnya yang terkenal, sekarang di sana juga terdapat permainan outbound, taman cinta dan taman edukasi.
Harga Tiket Masuk 2024
Harga tiket masuk Tangkuban Parahu adalah Rp 20.000 untuk weekdays, dan Rp 30 ribu di weekend. Harga tersebut berlaku untuk wisatawan lokal.
Sementara, bagi wisatawan mancanegara dikenakan Rp 200.000 per orang di weekdays dan Rp 300.000 per orang.
Anak usia 5 tahun ke atas sudah dikenakan biaya tiket. Berdasarkan akun Instagram @twa_tangkubanparahu dilihat (30/07/2024), berikut adalah daftar harga tiket masuk Tangkuban Perahu:
Weekdays
- Rombongan Pelajar/Mahasiswa: Rp 18.000 per orang.
- Wisatawan lokal: Rp 20.000 per orang.
- Wisatawan mancanegara: Rp 200.000 per orang.
- Tiket masuk motor Rp 12.000 per unit.
- Tiket masuk mobil: Rp 25.000 per unit.
- Tiket masuk bus (roda 6): Rp 110.000 per unit.
- Tiket angkutan shuttle/ontang-anting: Rp 10.000 per orang.
Weekend dan Tanggal Merah
- Wisatawan Lokal: Rp 30.000 per orang.
- Pelajar/Mahasiswa: Rp 20.000 per orang.
- Wisatawan mancanegara: Rp 300.000 per orang.
- Tiket masuk motor Rp 14.500.
- Tiket masuk mobil: Rp 30.000.
- Tiket masuk bus: Rp 125.000.
Biaya Parkir
- Parkir bus: Rp 10.000.
- Parkir mobil: Rp 5.000.
- Parkir motor = Rp 3.000 (weekdays) dan Rp 3.500 (weekend).
Jam Buka
Tangkuban Parahu buka setiap hari untuk umum, mulai dari jam 08.00-17.00 WIB.
Fasilitas Tangkuban Parahu
Wisatawan tak perlu khawatir, karena di objek wisata Tangkuban Parahu telah banyak fasilitas tersedia. Berikut di antaranya:
- Pusat informasi di ara Kawah Ratu.
- Parkir kendaraan.
- Toilet.
- Gazebo.
- Terminal bus Jayagiri.
- Aula serbaguna.
- Angkutan ontang-anting (shuttle).
- Pos kesehatan.
- Masjid.
- Orchid garden.
- Area outbond.
- Menara.
- Panggung budaya.
Cerita Tangkuban Parahu
Geografiwan sekaligus Pengamat dan Pecinta Lingkungan, T. Bachtiar menjelaskan mengapa dinamakan Gunung Tangkuban Parahu karena gunungnya terlihat seperti parahu terbalik.
“Karena ada dua kawah yang berdampingan dengan arah barat dan timur. Jadi, terlihat gunung itu dari arah selatan seperti perahu terbalik. Itu sebabnya mengapa Gunung Tangkuban Parahu, bentuknya terlihat seperti perahu yang terbalik. Jadi hanya orang yang melihat dari arah selatan (Lembang) yang melihat gunung itu seperti perahu yang terbalik,” terang Bachtiar dikutip dari situs TWA Tangkuban Parahu.
Kawah di area Tangkuban Perahu. (Neny Setiyowati/d’Traveler)
|
Legenda Sangkuriang
Tangkuban Parahu juga jadi salah satu cerita rakyat terkenal, yakni legenda Sangkuriang. Mengisahkan tentang seorang putri cantik bernama Dayang Sumbi.
Karena parasnya yang cantik, banyak raja jatuh hati padanya. Bahkan mereka rela berperang untuk mendapatkan hati Dayang Sumbi.
Suatu waktu, Dayang Sumbi tengah mengasingkan diri bersama jelmaan dewa berwujud seekor anjing jantan bernama Tumang di sebuah bukit.
Ketika tengah menenun, kain Dayang Sumbi terjatuh. Ia pun memberi sumpah bahwa siapa pun yang mengambilkan kain itu berjenis laki-laki, maka akan dijadikan suaminya.
Ternyata, si Tumang yang mengambil kain tersebut. Akhirnya mereka pun menikah dan mempunyai anak bernama Sangkuriang.
Singkat cerita, Sangkuriang tumbuh menjadi pemanah andal. Suatu hari saat ia tengah berburu, dirinya menyuruh si Tumang untuk mengejar babi betina Wayungyang.
Namun, Tumang tidak menurut. Dengan anak panahnya, Sangkuriang pun membunuh Tumang.
Setelah itu, hati si Tumang diberikan kepada Dayang Sumbi untuk dimakan dan dimakan. Setelah mengetahui kebenarannya, Dayang Sumbi marah dan memukul kepala Sangkuriang dengan sendok dari tempurung kelapa.
Pukulan itu membuat luka di kepala Sangkuriang. Sejak itu, Sangkuriang sangat menyesal dan memutuskan untuk pergi mengembara.
Setelah sekian lama, tanpa disadari ia kembali lagi ke tempat sang ibu, Dayang Sumbi. Namun, keduanya tidak saling mengenali. Tak disangka, mereka berdua jatuh cinta.
Suatu waktu, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang ada di kepala Sangkuriang. Seketika, ia pun teringat. Kemudian dirinya mencoba untuk menjelaskan pada Sangkuriang bahwa ia adalah ibunya.
Sangkuriang pun tidak peduli dan tetap ingin menikahi Dayang Sumbi. Namun, Dayang Sumbi tidak ingin pernikahan itu tidak terjadi. Alhasil, Dayang Sumbi pun meminta Sangkuriang untuk membuatkannya danau dengan perahunya dalam waktu satu malam.
Dirinya menganggap bahwa Sangkuriang sepertinya tidak bisa memenuhi permintaan itu. Namun, Sangkuriang berusaha untuk mewujudkan permintaan itu dan dibantu oleh jin.
Melihat hal tersebut, Dayang Sumbi pun segera menebarkan kain ke arah timur dan memohon pada Sang Yang Tunggal supaya Sangkuriang gagal. Permintaannya pun dikabulkan dan matahari segera terbit.
Mengetahui hal itu, Sangkuriang pun marah. Seketika ia menendang perahu yang dibuatnya sampai perahu, tersebut terbalik dalam posisi telungkup. Dari situlah perahu itu berubah menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Namun, Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang menghilang dan berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Konon, Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi sampai pada akhirnya menghilang ke alam gaib.
Terlepas dari cerita rakyat tersebut, situs TWA Gunung Tangkuban Parahu menulis bahwa Gunung Tangkuban Parahu sebenarnya terbentuk dari letusan Gunung Sunda. Di mana Gunung Sunda meletus sebanyak dua kali. Kedua letusan tersebutlah yang melahirkan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul.
(khq/fds)