Jakarta –
Presiden Venezuela Nicolas Maduro kembali menang pemilihan presiden periode 2025-2031 dengan suara 51,2%. Kemenangan itu menjadikannya presiden Venezuela untuk ketiga kalinya. Kondisi ini menuai pro-kontra di tengah masyarakat. Terlebih mengingat negara itu bangkrut selama kepemimpinan Nicolas Maduro.
Terpilihnya Nicolas Maduro kembali sebagai presiden menyulut amarah banyak warga hingga berujung aksi demo. Jika menimbulkan banyak pertentangan, lalu apa yang menjadi pertimbangan warga Venezuela saat menentukan pilihan dalam Pilpres kali ini?
Dikatakan salah satu faktor pendorong kemenangan Nicolas Maduro untuk ketiga kalinya ini adalah penetapan kenaikan upah minimum warganya hingga 30% yang berlaku pada awal Juli alias beberapa minggu sebelum pemilihan. Kebijakan ini sedikit banyak mendongkrak jumlah suara yang ia terima, khususnya dari kaum pekerja.
Melansir dari Bloomberg, Selasa (30/7/2024), Maduro mengatakan para pekerja akan menerima upah bulanan yang setara dengan US$ 130 atau Rp 2,11 juta (kurs Rp 16.300/dolar AS) per bulan, dari sebelumnya US$ 100 atau Rp 1,63 juta per bulan.
Hal ini pertama kali disampaikannya dalam sebuah pidato memperingati hari libur Hari Buruh pada 1 Mei 2024 lalu. Walaupun biaya hidup warganya masih berada di kisaran US$ 550 atau Rp 8,96 juta per bulan untuk keluarga beranggotakan empat orang.
“Kenaikan (upah minimum) ini akan berdampak pada kapasitas ekonomi pekerja,” kata Maduro dari luar istana presiden Venezuela pada Rabu (1/5/2024) lalu, di mana dalam kesempatan itu dirinya juga menyerukan kampanye untuk terus mendukung pemerintahannya.
“Sedikit demi sedikit, kami akan memulihkan pendapatan pekerja,” tegasnya lagi.
Diketahui pemerintah Venezuela terakhir kali menaikkan upah minimum dengan besaran yang sangat signifikan seperti Juli ini pada 2022 lalu. Setelah itu pemerintah hanya memberikan kupon makanan gratis atau bonus tambahan untuk warganya sejak saat itu.
Warga Rusuh Tolak Hasil Pilpres Venezuela
Terpilihnya kembali Nicolas Maduro sebagai presiden Venezuela hingga 2031 nanti menyulut emosi banyak warganya. Bahkan ada sejumlah kelompok melakukan aksi demonstrasi hingga berujung kerusuhan.
Melansir pemberitaan dari BBC, imbas kerusuhan ini membuat pasukan keamanan di Venezuela menembakkan gas air mata dan peluru karet terhadap orang-orang yang memprotes hasil Pilpres.
Ribuan demonstran ini disebutkan sudah turun ke pusat kota Caracas sejak Senin malam. Beberapa diantaranya berjalan bermil-mil dari daerah kumuh di pegunungan sekitar kota, menuju istana presiden.
Pihak demonstran ini membantah pernyataan kemenangan Maduro sebagai pernyataan palsu, dan mengatakan bahwa kandidat mereka Edmundo González menang secara meyakinkan dengan 73,2% suara.
(fdl/fdl)