Tangerang –
Tren industri otomotif roda empat di Indonesia mengalami pergeseran. Banyak orang Indonesia lebih memilih mobil bekas ketimbang mobil baru.
“Pasar kita 1 juta mobil baru, ada shifting dari orang kemampuan terbatas mau beli mobil baru nggak cukup, jadi beli mobil bekas,” kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara dalam Forum Editor Otomotif di ICE BSD City, Tangerang, Senin (22/7/2024).
Kukuh melanjutkan pergeseran minat terhadap mobil bekas itu semestinya bisa dimanfaatkan utilisasi pabrik yang terpasang. Saat ini dengan kapasitas terpasang sekitar 2,3 juta unit, utilisasi hanya berada di sekitar 1,4 juta unit.
Paparan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEMFEB UI mengungkapkan tren penjualan mobil bekas lebih tinggi dari mobil baru.
Peneliti senior dari LPEM FEB UI Riyanto menjelaskan, stagnansi pasar mobil baru di Indonesia disebabkan lantaran harga mobil yang naik lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan inflasi.
“Daya beli nggak dapat, harga mobil baru mahal orang ingin tetap beli mobil,” kata Riyanto.
“Pasar mobil bekas makin transparan,” kata dia.
Dia menjelaskan selain mobil dan pendapatan per kapita, faktor ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar dan tingkat suku bunga juga berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil.
Pasar mobil Indonesia menunjukkan stagnasi pada level penjualan sekitar 1 jutaan unit per tahunnya. Padahal rasio kepemilikan mobil masih sekitar 99 mobil per 1.000 penduduk.
Penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 yang mencapai 1.229.811 unit, kemudian terus merosot di tahun berikutnya namun tetap berada di level satu jutaan.
Pendapat per kapita yang naik tipis tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara lima persen dalam kurun waktu periode 2015-2022. Ini menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia stagnan di level satu juta unit.
“Memang mobil bekas dari tahun 2013 ke 2023 naik tiga kali lipat, dari cuma 500 ribu unit jadi sekarang sudah 1,4 juta unit. Ini pergeseran mobil bekas, ini akibat dari tidak terjangkaunya, karena harga mobil dan pendapatan per kapita makin jauh gap-nya,” kata Riyanto.
Riyanto membeberkan, berdasarkan data yang diolah pada 2022 lalu, terdapat sejumlah wilayah yang punya rasio kepemilikan mobil masih rendah namun tingkat pendapatan per kapitanya oke. Berikut ini lima besar daftarnya:
- Kalimantan Timur: Rasio kepemilikan mobil 131 dari 1.000 penduduk, PDRP per kapita Rp 239 juta
- Kalimantan Utara: Rasio kepemilikan mobil 34 dari 1.000 penduduk, PDRB per kapita Rp 191 juta
- Riau: Rasio kepemilikan mobil 90 dari 1.000 penduduk, PDRB per kapita Rp 150 juta
- Kepulauan Riau: Rasio kepemilikan mobil 86 dari 1.000 penduduk, PDRB per kapita Rp 142 juta
- Sulawesi Selatan: Rasio kepemilikan penduduk 84 dari 1.000 penduduk, PDRB per kapita Rp 106 juta.
(riar/rgr)