Jakarta –
Belum kering air mata duka akibat kecelakaan maut rombongan tour SMK Lingga Kencana Depok di Ciater, Subang, Jawa Barat. Kini terjadi lagi kecelakaan bus rombongan study tour di Lampung dan Tol Jombang-Mojokerto.
Bus rombongan study tour SMP PGRI 1 Wonosari mengalami kecelakaan maut. Bus berisi 51 orang itu menabrak bak belakang sebuah truk yang melaju di depannya. Hasil penyelidikan sementara, kecelakaan yang menewaskan 2 orang ini dipicu sopir bus mengalami micro sleep.
Selain itu, bus yang mengangkut siswa-siswi MIN 1 Pesisir Barat masuk ke jurang saat melintas di tanjakan Sedayu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Akibat dari kejadian itu, enam orang terpaksa dilarikan ke puskesmas karena mengalami sejumlah luka berat.
Bus pariwisata bernomor polisi AD 7719 OG itu berisikan 41 penumpang termasuk sopir. Mereka bertujuan melakukan study tour ke Bandar Lampung.
Polisi menduga bus rombongan study tour masuk jurang di Kabupaten Tanggamus, Lampung, karena mengalami kerusakan rem atau rem blong.
Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarna, berdasarkan catatan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan pada bus wisata itu polanya hanya ada dua. Pertama, rem blong dan kedua micro sleep disebabkan pengemudi mengalami kelelahan mengemudi.
“Pola tersebut dipicu dari karakreristik angkutan wisata yang tidak diatur trayeknya dan tidak diatur waktu operasinya. Mereka bisa beroperasi di mana saja dan kapan saja tanpa ada batasan waktu operasi,” kata Djoko dalam keterangan tertulisnya dikutip Jumat (24/5/2024).
Sementara itu, menurut Djoko, jalan-jalan menuju destinasi wisata hampir semuanya adalah jalan sub-standar (tidak sesuai regulasi) yang memiliki potensi bahaya. Jalanan itu berpotensi rem blong bagi kendaraan besar terutama bagi pengemudi yang tidak paham rute karena menggunakan gigi tinggi saat turun.
“Demikian juga terkait panjang jari-jari tikungan dan lebar lajur yang tidak ramah bagi kendaraan besar dengan panjang 12 meter dan lebar 2,5 meter. Hal inilah yang sering kali mencelakakan bus wisata karena mereka dituntut harus mengantar ke tujuan wisata oleh penggunanya,” sebutnya.
Tak cuma itu, Djoko menilai hampir semua pengguna bus pariwisata membuat itinerari perjalanan tidak manusiawi. Aktivitas perjalanan dilakukan dari pagi hingga sore untuk berwisata, kemudian malamnya berada di jalan untuk pulang. Hal itu membuat sopir bus kelelahan.
“Kalaupun ada waktu istirahat, hampir semuanya tidak ada yang memberi pengemudi tempat istirahat memadai. Peserta wisata tidur di hotel, pengemudi tidur di bus. Inilah yang memicu sering terjadinya kecelakaan bus wisata karena pengemudinya tidur saat mengemudi karena kelelahan,” ucap Djoko.
Simak Video “Babak Baru Kecelakaan Bus Terguling di Subang“
[Gambas:Video 20detik]
(rgr/riar)