
Jakarta –
Penyedia jasa internet internet (ISP) PT Remala Abadi Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (7/5/2024). Momentum ini sebagai penanda untuk kebutuhan layanan konektivitas bagi masyarakat di Indonesia.
Dengan menggunakan kode saham Data, PT Remala Abadi Tbk melepas 275 juta saham ketika IPO beberapa waktu lalu. Jumlah tersebut setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan, dengan harga Rp 188 per lebar saham.
“Tingginya minat investor terhadap saham Data menunjukkan bahwa investor merespon positif prospek usaha Perseroan yang saat ini masih sangat baik dengan tren kinerja yang terus mengalami peningkatan. Tren positif kinerja Perseroan ini tak lepas dari masih rendahnya penetrasi internet fixed broadband di Indonesia,” ujar CEO PT Remala Abadi Tbk, Richard Kartawijaya dalam keterangan tertulisnya.
Richard menambahkan hingga saat ini kinerja Perseroan masih mencatatkan pendapatan yang positif dan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia pun menyatakan optimis dengan prospek bisnis yang dijalankan Data saat ini, terutama penggunaan Internet melalui Pita Lebar (Broadband) yang terus meningkat di Indonesia.
Berdasarkan data pada situs web BEI tercatat bahwa jumlah saham Data yang ditawarkan melalui IPO sebanyak 275 juta saham dengan jumlah dana yang terhimpun Rp 51,7 miliar.
Sedangkan, jumlah saham Data yang dipesan melalui IPO mencapai 9.651.244.000 saham atau mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) 35,10 kali.
Jumlah pemegang saham melalui IPO tercatat sebanyak 32.793 pemegang saham. Sedangkan pemilik saham pendiri sejumlah dua pihak.
Richard mengungkapkan dana dari hasil IPO ini akan dipergunakan sebesar Rp19.975.000.000 akan digunakan oleh Perseroan untuk mengambilalih saham FMI sebanyak 850 lembar saham atau setara dengan 85% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh FMI.
Kemudian, sebesar Rp26.880.906.000 akan digunakan untuk pembelian aset berupa Rp16.908.080.000 akan digunakan untuk pembelian aset tetap berupa DWDM (Dense Wavelength-Division Multiplexing), Rp6.229.896.000 digunakan untuk pembelian tiang jaringan fiber optik.
Lalu, Rp2.766.240.000 digunakan untuk pembelian kabel fiber optic, dan Rp976.690.000 akan digunakan untuk pembelian dua aset tetap, berupa tanah dan bangunan dan ruko yang berlokasi di Ciputat dan Cibinong.
“Sisanya akan digunakan oleh Perseroan untuk modal kerja seperti biaya pemasaran dan promosi,” pungkasnya.
Simak Video “Alasan Kominfo Ingin Terapkan Aturan Internet 100 Mbps di Indonesia“
[Gambas:Video 20detik]
(agt/agt)