Jakarta –
Pengetahuan tentang asal muasal suatu harus diketahui, terlebih tentang identitas diri, suku, budaya, dan bangsa. Upaya untuk menjelaskan silsilah itu salah satunya melalui media hiburan dan objek wisata sebagai pengantarnya, contohnya di Perkampungan Budaya Betawi yang berada di daerah Jakarta Selatan.
Berada di kawasan Setu Babakan, area ini menjadi kawasan yang sejak lama dikelola oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Agar kelestarian budaya Betawi tetap terjaga, tempat ini sekaligus menjadi sarana edukasi terkait kesejarahan Betawi.
Objek wisata Setu Babakan ditetapkan menjadi tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Dari situs resmi Setu Babakan, objek wisata ini terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa dengan luas sekitar 289 hektar dan batas fisik sebelah utara berada di Jl. Mochammad Kahfi II dengan Jl. Desa Putra (Jl. H.Pangkat).
Kemudian, untuk batas timur berada di Jl. Desa Putra (Jl. H. Pangkat), Jl. Pratama (Mangga Bolong Timur), dan Jl. Lapangan Merah. Untuk batas bagian selatannya berada di batas wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan Kota Depok serta untuk batas barat ada di Jl. Mochammad Kahfi II.
Setu Babakan diresmikan sebagai cagar budaya pada tahun 2004, revitalisasi kawasan Setu Babakan menjadi Kampung Betawi diprakarsai oleh Pemprov DKI Jakarta dan dikelola bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Untuk memudahkan pengunjung dalam memahami budaya dan sejarah Betawi, kawasan objek wisata ini dibagi menjadi lima zona. Pertama Zona Embrio, ini merupakan tempat penjelasan tentang cikal bakal PBB dan sebagai area latihan seni dan budaya.
Lalu, Zona A yang merupakan area pelestarian dan pengembangan serta tempat pagelaran seni Budaya Betawi. Zona B sebagai tempat untuk menjajal kuliner khas Betawi, Zona C merupakan area di mana terdapat replika perkampungan Betawi, dan Zona pengembangan sarana dan prasarana.
Untuk lebih jelas dan lebih mengenal sejarah dan budaya Betawi, kamu tinggal datang ke area ini dan langsung arahkan tujuan ke area museum yang terletak tidak jauh dari gerbang utama (baru). Di sana kamu nggak perlu bayar, hanya cukup registrasi.
Setelah itu, traveler bisa bertanya-tanya kepada petugas yang berada di sana atau bisa bergabung dengan kelompok atau komunitas jalan-jalan, seperti Jakarta Good Guide.
Di Setu Babakan, ada pemandu yang bertugas untuk mendampingi pengunjung mengenai keseluruhan rangkaian dan dijelaskan satu per satu terkait sejarah dan budaya Betawi. Dalam kesempatan ini, detikTravel dipandu oleh guide bernama Pampam.
Ia menjelaskan mulai dari sejarah penamaan Betawi hingga ada tanaman dan pepohonan apa saja yang berada di kawasan Setu Babakan ini.
‘Saya Anak Betawi’
Untuk sejarah penamaan Betawi pun ia menerangkan dari berbagai versi, mulai dari versi yang menyebut kalau penamaan Betawi berasal dari tanam bunga yakni Guling Betawi (Cassia glauca) dan juga versi yang menyebut asalnya imbas dari Tragedi Geger Pecinan pada tahun 1740.
Pampam juga menerangkan siapa orang pertama yang pertama kali mempopulerkan kata Betawi, orang tersebut adalah Muhammad Husni Thamrin.
“Dan yang pertama kali mengatakan Betawi (dengan kalimat) ‘saya anak Betawi’ adalah M.H Thamrin ketika dalam sebuah sidang Volksraad di (gedung) Dewan Kota Hindia-Belanda yang sekarang tempatnya menjadi Gedung Pancasila,” kata Pampam.
Setelah asyik dengan penjelasan terkait sejarah Betawi, sesekali ia memberikan pertanyaan tentang pepohonan yang ada di area taman. Di kawasan tersebut terdapat beberapa pohon yang sudah asing terlihat, seperti pohon kemang, jamblang putih, dan pohon buah kecapi.
Di area dalam museum juga dipadati oleh anak-anak sekolah yang tengah berkunjung ke sini. Sehabis diajak mengenal sejarah, budaya, dan rumah adat Betawi, Pampam mengajak peserta walking tour untuk menuju area kuliner khas Betawi.
Di sana terdapat beberapa makanan seperti es selendang mayang, gado-gado, laksa, hingga kerak telor. Untuk harga yang ditawarkan oleh pedagangnya pun masih ramah di kantong. Satu es selendang mayang hanya dihargai Rp 10.000, cukup pas untuk meredakan panas Jakarta di siang hari.
Dilanjut dengan berjalan di perkampungan belakang kawasan ini, masih terdapat banyak rumah-rumah yang tidak melupakan ciri khas Rumah Betawi. Di perkampungan ini juga terdapat sentra pembuatan ondel-ondel, dan juga makanan Dodol Betawi.
Salah satu Dodol Betawi yang sudah kesohor adalah Dodol Betawi Nyak Mai, yang telah berdiri sejak lama. Kini usaha Dodol Betawi ini diteruskan oleh anak bungsu Nyak Mai yaitu Ibu Juwani. Dan, untuk penghujung rute Setu Babakan ini tentunya adalah danau.
Simak Video “Kendaraan Menuju Taman Margasatwa Ragunan Mengular Siang Ini“
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)