Jakarta –
Gula batu adalah alternatif pemanis selain gula pasir yang tidak sulit ditemukan. Dikutip dari situs Binus University library, gula batu kerap ditemukan dalam berbagai jenis hidangan Asia.
Seperti namanya, gula batu berbentuk bongkahan berwarna putih. Ada juga yang berwarna kuning muda atau coklat tua. Tingkat kemanisan gula batu lebih rendah, sekitar 1/3, dibanding gula pasir.
Kandungan Gula Batu dan Gula Pasir
Gula batu dan gula pasir sama-sama berasal tetes tebu dengan kandungan utama sukrosa. Keduanya adalah golongan gula sederhana, yang kemudian diendapkan dan mengalami kristalisasi hingga menjadi gula batu.
Dikutip dari laman Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, kandungan dalam gula batu dan gula pasir adalah:
Kandungan 100 gram gula batu
Kandungan 100 gram gula pasir
Laman WebMD menjelaskan kandungan kalori dalam kedua jenis gula tersebut sebagai berikut:
Kandungan 1 sendok teh (4 gr) gula batu
Kandungan 1 sendok teh (4 gr) gula pasir
Selain itu setiap 4 gram gula batu mengandung 6,5 gram karbohidrat, 6,5 gram sukrosa, serta beberapa vitamin dan mineral.
Risiko Konsumsi Gula Batu Berlebih
Dengan kandungan tersebut, konsumsi gula pasir dan gula batu berlebih sama-sama menghadapi risiko kesehatan. Risiko ini adalah peningkatan peluang mengalami penyakit berikut:
1. Penyakit Obesitas
Sesuai dengan pedoman diet USDA, seseorang dilarang mengonsumsi 10% total kalori dari tambahan gula. Hal ini akan menyebabkan penambahan berat badan pemicu adanya penyakit kronis lain yang mematikan.
2. Diabetes
Salah satu faktor risiko penyakit ini adalah konsumsi gula dan karbohidrat yang tinggi. Diabetes Tipe 2 dapat memicu berbagai penyakit lain seperti stroke, gagal ginjal, hingga penyakit jantung.
3. Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi
Penyakit jantung dapat terjadi karena penyumbatan pada pembuluh darah. Salah satu faktor risiko penyumbatan adalah gaya hidup yang buruk meliputi konsumsi tinggi gula, merokok, tidak olahraga, serta jarang makan buah dan sayur.
4. Penyakit Kardiovaskular
Pola makan tinggi gula akan meningkatkan risiko kematian. Penelitian menunjukkan, konsumsi 17-21% kalori harian sebagai tambahan gula berisiko 38% lebih tinggi meninggal karena penyakit kardiovaskular.
5. Kerusakan Gigi
Gula menyebabkan plak gigi yang dapat merusak enamelnya. Akhirnya bakteri dapat mudah masuk ke jaringan gusi dan menyebabkan hilangnya tulang dan jaringan gigi atau biasa disebut periodontitis.
Apakah Gula Batu Lebih Aman bagi Pasien Diabetes?
Dikutip dari Buku Pintar Kader Posbindu dari Dirjen P2PTM Kemenkes, pasien diabetes harus sama-sama mengurangi konsumsi gula batu dan gula pasir. Semua makanan yang mengandung gula batu dan gula pasir wajib dihindari.
Jika ingin mengganti gula batu dengan pemanis alternatif lain, maka harus dilakukan dalam jumlah terbatas. Gula alternatif lain misal fruktosa, aspartam, sakarin, dan gula alkohol contohnya sorbitol, mannitol, serta silitol.
Diabetes adalah jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dapat dicegah. Salah satunya dengan konsumsi gula sesuai Permenkes Nomor 30 Tahun 2013. Konsumsi gula dianjurkan hanya 4 sendok makan per hari atau setara 50 gram untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Manfaat Konsumsi Gula Batu
Dikutip dari laman Vinmec International Hospital, beberapa khasiat mengonsumsi gula batu adalah:
- Meningkatkan energi tubuh.
- Membantu menyegarkan suasana hati pasca menopause.
- Menenangkan pikiran dari stress.
- Pengganti gula pasir.
Tentunya, manfaat gula pasir bisa dirasakan tubuh bisa dikonsumsi secukupnya. Dengan risiko yang sama, konsumsi gula batu dan gula pasir wajib diiringi penerapan pola hidup sehat.
Simak Video “Kata Dokter Gizi soal Polemik MSG Lebih Sehat dari Gula dan Garam“
[Gambas:Video 20detik]
(row/row)