Jakarta –
Gunung Fuji telah menjadi daya tarik bagi jutaan wisatawan setiap tahun. Namun, popularitasnya yang melonjak membawa dampak overturisme yang membuat warga lokal tak nyaman.
Salah satu lokasi yang menjadi favorit para turis adalah spot foto di dekat minimarket di Fujikawaguchiko. Pemandangan ini memperlihatkan kontras antara toko yang sibuk dengan lampu neon dan gunung yang damai di belakangnya.
Namun pemerintah setempat bakal memasangi tirai vinil hitam sepanjang sekitar 20 meter dan tinggi 2,5 meter untuk menutupi area tersebut. Mereka juga berencana memasang pagar di sepanjang jalan.
Sebab musababnya karena warga merasa kawasan terlalu ramai sehingga mengurangi kenyamanan. Seorang warga yang diwawancari Asahi Shimbun mengaku awalnya penduduk setempat senang karena kotanya ramai dikunjungi wisatawan. Namun, seiring berjalannya waktu, hal ini lebih menjadi sebuah kutukan daripada berkah.
Pasalnya mereka mengaku takut melewati kawasan tersebut lantaran wisatawan yang mengambil gambar kerap menyeberang jalan sembarangan. Bahkan ada yang mengambil gambar dari jalan itu sendiri.
Para pejalan kaki juga mengeluhkan trotoar menjadi sangat ramai sehingga mereka tidak bisa melewatinya. Miriisnya lagi, meski telah dipasang tanda-tanda dalam berbagai bahasa yang meminta masyarakat untuk mengikuti peraturan, pelanggaran masih terus terjadi.
Tak sampai di situ, toko-toko di sekitar lokasi juga menghadapi masalah dengan wisatawan yang meninggalkan sampah yang menumpuk.
Lawson berlatar Gunung Fuji Foto: (AFP/Philip Fong)
|
Pengelola Gunung Fuji telah mengambil tindakan untuk mengurangi kepadatan yang berlebihan. Beberapa kebijakan baru diberlakukan, termasuk batas harian 4.000 orang bagi pejalan kaki dan biaya wajib sebesar 2.000 yen (Rp 204 ribu) per orang. Sebelumnya, biaya tersebut bersifat opsional. Meskipun langkah ini diperlukan, sangat disayangkan bahwa kita harus sampai pada titik ini
Gunung Fuji bukanlah satu-satunya lokasi di Jepang yang berjuang melawan overtourism. Rekor masuknya pengunjung ke negara ini memperluas infrastruktur lokal hingga batasnya di tempat-tempat menarik seperti Tokyo, Kyoto, dan Osaka.
Di Kyoto, para pejabat membuat jalur bus baru khusus untuk wisatawan . Sementara itu, di distrik geisha di Gion, asosiasi bisnis setempat mengatakan akan mulai mengenakan denda terhadap wisatawan yang mengabaikan rambu dan menggunakan jalan pribadi yang digunakan oleh geisha, maiko, dan lainnya untuk berangkat kerja.
Simak Video “Gunung Fuji Jepang Darurat Overtourism“
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr)