Jakarta –
Di antara senjata yang digunakan Iran dalam serangan terhadap Israel pada tanggal 13 April lalu adalah sekitar 170 drone bersenjata denganserangan satu arah. Ini adalah bagian dari serangan sekitar 350 drone dan rudal.
Meskipun hampir semuanya ditembak jatuh sebelum mencapai sasarannya di Israel, Iran semakin bergantung pada jenis drone ‘kamikaze’ ini. Drone tersebut kini menjadi ancaman yang jauh lebih besar terhadap keamanan global. Iran telah mengekspor drone Shahed 136 model sayap delta ke Rusia , tempat drone tersebut digunakan untuk meneror kota-kota di Ukraina.
Perjalanan Iran untuk menjadi negara adidaya drone dimulai pada tahun 1980an, ketika rezim baru Iran muncul dari Revolusi Islam tanpa memiliki angkatan udara yang cukup besar untuk melawan perang Iran-Irak. Mereka memanfaatkan pesawat kecil yang dikendalikan dari jarak jauh, yang pada dasarnya kita kenal sebagai drone, untuk melakukan misi pengawasan di garis depan.
Pada saat itu, mesin sederhana ini, yang sedikit lebih besar dari model pesawat besar, dapat membantu menampilkan kembali foto dari depan. Dan jika senjata tersebut ditembak jatuh, Iran tidak akan mengalami kerugian besar, karena senjata tersebut murah dan dapat dibuang.
Dalam dekade terakhir, Iran memfokuskan investasinya pada drone jenis baru. Daripada hanya mencoba meniru drone mahal yang sukses, seperti Predator dan Reaper buatan Amerika, Teheran berinvestasi pada drone murah dan sederhana yang dapat digunakan sebagai drone instan bagi Angkatan Udara.
Harga drone Shahed 136 milik Iran diperkirakan bisa 50% lebih murah dibandingkan rudal Tamir Iron Dome milik Israel. Satu rudal Tamir milik Israel diperkirakan memiliki banderol USD 50 ribu (Rp800 juta). Sedangkan harga untuk membuat drone Shahed 136 bervariasi.
Menurut perkiraan Associated Press pada Oktober 2023, angkanya USD 20 ribu atau Rp 320 jutaan. Sedangkan menurut para ahli dan pejabat Ukraina, diperkirakan harga drone kamikaze Iran berada di bawah USD 2.000 atau Rp30 jutaan.
Iranian drones are inducted into Iran’s Army, in Tehran, Iran, January 22, 2024. Iranian Army/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS – THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. Foto: West Asia News Agency/Handout/REUTERS
|
Dikutip dari Daily Beast, hal ini masuk akal bagi Iran, karena negara tersebut berada di bawah sanksi internasional dan tidak dapat memproduksi pesawat militer yang rumit. Namun, apa yang Iran pelajari adalah bahwa kita tidak memerlukan pesawat tempur bernilai miliaran dolar untuk berperang dalam perang modern.
Drone jenis Shahed telah digunakan oleh Iran untuk melakukan serangan terhadap fasilitas energi terbesar di Arab Saudi pada tahun 2019, serta untuk menargetkan pembangkang Kurdi di Irak utara dan kini menargetkan Israel.
Iran pertama kali menggunakan drone untuk menargetkan Israel dari Suriah pada Februari 2018. Teheran juga mengekspor drone dan teknologinya ke Houthi di Yaman dan milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah. Drone jenis kamikaze ini juga telah digunakan untuk menargetkan pasukan AS di Irak, Suriah, dan Yordania. Pada bulan April 2021, milisi yang didukung Iran di Irak menggunakan drone untuk menargetkan hanggar yang dilaporkan digunakan oleh CIA di Bandara Internasional Erbil. Pada 27 Januari tahun ini, sebuah drone digunakan untuk membunuh tiga anggota militer AS di Yordania.
Iranian drones are inducted into Iran’s Army, in Tehran, Iran, January 22, 2024. Iranian Army/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS – THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. Foto: West Asia News Agency/Handout/REUTERS
|
Ancaman yang muncul kini telah meledak secara eksponensial di Timur Tengah dan secara global. Serangan terhadap Ukraina oleh Rusia menggunakan drone merupakan salah satu front yang memperlihatkan drone merevolusi medan perang. Ini tidak hanya mencakup drone kamikaze gaya Iran tetapi juga sejumlah jenis drone lain buatan Rusia dan Ukraina, termasuk kapal tak berawak yang meledak saat terjadi benturan.
Kesulitan yang dihadapi negara-negara dalam melawan senjata-senjata ini adalah bahwa pertahanan udara dalam beberapa tahun terakhir didominasi oleh sistem yang relatif mahal, seperti Patriot milik AS, atau sistem Israel seperti Arrow dan David’s Sling yang dikembangkan bersama dengan AS, dan sistem Kubah Besi.
Drone satu arah yang lebih kecil, yang panjangnya sekitar tiga meter dan lebar dua meter, dapat ditembak jatuh oleh pertahanan udara. Mereka juga terbang sangat lambat sehingga pesawat tempur dapat dikirim untuk menembak jatuh mereka seperti seseorang menembak jatuh pesawat musuh.
Namun, seperti yang ditunjukkan Iran dalam serangan 13-14 April, drone ini dapat diproduksi secara massal dan diterbangkan dalam jumlah besar menuju suatu sasaran, dan menyerang dari berbagai arah. Selama intersepsi drone Iran, pasukan Israel, Prancis, Inggris, AS, Yordania, dan negara-negara lain membantu menjatuhkan drone tersebut. Belum pernah terjadi sebelumnya, sejumlah negara bersatu untuk melakukan duel ribuan kilometer di langit Timur Tengah.
Keberhasilan dalam menghentikan drone Iran tidak boleh dianggap remeh. Senjata-senjata ini menyebarkan malapetaka dan jumlahnya bertambah secara eksponensial. Baru beberapa tahun yang lalu Iran melakukan serangan menggunakan drone tunggal, seperti pada bulan Februari 2018 terhadap Israel. Mereka kemudian menembakkan sekitar dua lusin drone ke arah Arab Saudi.
Namun dalam serangan yang digagalkan akhir pekan ini, Iran menunjukkan bahwa mereka dapat meluncurkan 170 rudal sekaligus dari berbagai arah. Karenanya permainan telah berubah, dan drone murah Iran nyatanya sungguh menakutkan.
Simak Video “Komisi I DPR Minta Pemerintah Jadi Penengah Perang Iran dan Israel“
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)