
Palembang tak hanya punya Benteng Kuto Besak. Di kota Pempek, ada juga monumen yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Palembang.
Monumen Perjuangan Rakyat atau Monpera, begitulah nama monumen di Palembang yang tidak hanya menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Sumatera Selatan melawan penjajahan, tetapi juga menyimpan Sejarah penting Perang lima Hari Lima Malam.
Melalui koleksi mulai dari senjata, lukisan, hinga benda-benda kolonial lainnya, Monpera memberikan Gambaran mendalam tentang masa-masa penjajahan.
Setiap sudut museum, menjadikan Monpera sebagai pusat edukasi sejarah dan kebudayaan yang menarik perhatian pengunjung, terutama generasi muda.
Monpera dibangun karna keinginan para sesepuh pejuang Sumatera Selatan untuk memperingati peristiwa perang lima hari lima malam.
Kejadian heroik tersebut menandai perlawanan rakyat Palembang terhadap penjajah Belanda yang ingin menguasai Kembali wilayah Indonesia.
Monpera dibuka sekitar tahun 2000-an, monpera menjadi simbol perlawanan dan pengorbanan Masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan.
Selain menjadi tempat koleksi artefak Sejarah, Monpera juga memiliki tujuan penting: mengingatkan publik akan pentingnya mempertahankan semangat patriolisme dan nasionalisme, dan memperkuat kesadaran identitas lokal dan nasional di generasi muda.
Salah satu hal yang bikin Monpera beda dari museum lain di Palembang adalah bertujuan utama yang langsung ke Sejarah perjuangan rakyat melawan penjajah, terutama saat perang lima hari lima malam.
Beda dengan museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang lebih banyak ceritain soal kesultanan dan masa kejayaan Sriwijaya, Monpera justru lebih mendalam tentang perjuangan lokal menjajah negara asing.
Di museum ini juga ada berbagai benda peninggalan perang dan barang-barang yang terkait dengan kehidupan tokoh-tokoh bersejarah.
Jadi, Monpera bisa jadi tempat buat wisatawan dan masyarakat lebih mengerti tentang perjuangan dan pengorbanan rakyat Palembang secara lebih mendalam.