
Jakarta –
Berbagai negara di dunia berlomba mencari ‘sumber energi abadi’ yang lebih bersih dan ketersediaannya tak terbatas, untuk beralih dari bahan bakar fosil.
Untuk menggantikan energi fosil, perlu dilakukan transisi menuju energi baru dan terbarukan. Energi baru dan terbarukan dihasilkan dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui secara berkelanjutan dalam waktu yang relatif singkat.
Apa Itu Energi Terbarukan?
Dikutip dari situs PBB, energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber daya alam yang diperbarui lebih cepat daripada yang dikonsumsi. Misalnya, sinar Matahari dan angin adalah sumber daya yang terus diperbarui. Sumber daya energi terbarukan berlimpah dan ada di sekitar kita.
Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, di sisi lain, merupakan sumber daya tak terbarukan yang membutuhkan waktu ratusan juta tahun untuk terbentuk. Selain itu, bahan bakar fosil, jika dibakar untuk menghasilkan energi, menyebabkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya, seperti karbon dioksida.
“Menghasilkan energi terbarukan menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah daripada membakar bahan bakar fosil. Transisi dari bahan bakar fosil, yang saat ini menyumbang sebagian besar emisi, ke energi terbarukan adalah kunci untuk mengatasi krisis iklim,” tulis PBB di situsnya.
PBB menambahkan, energi terbarukan sekarang lebih murah di sebagian besar negara, dan menghasilkan lapangan kerja tiga kali lebih banyak dibandingkan bahan bakar fosil.
Berikut ini adalah beberapa ‘sumber energi abadi’ yang umum ditemui di Bumi.
Tenaga Surya
Energi surya merupakan sumber daya energi yang paling melimpah dan bahkan dapat dimanfaatkan dalam cuaca berawan. Kecepatan energi surya yang diserap Bumi sekitar 10 ribu kali lebih besar daripada kecepatan manusia mengonsumsi energi.
Teknologi surya dapat menghasilkan panas, pendinginan, pencahayaan alami, listrik, dan bahan bakar untuk berbagai aplikasi. Teknologi surya mengubah sinar Matahari menjadi energi listrik baik melalui panel fotovoltaik maupun melalui cermin yang memusatkan radiasi surya.
Walau tidak semua negara diberkahi energi surya secara setara, kontribusi signifikan terhadap bauran energi dari energi surya langsung dimungkinkan bagi setiap negara.
Biaya pembuatan panel surya telah anjlok drastis dalam dekade terakhir, sehingga tidak hanya terjangkau tetapi juga sering kali menjadi bentuk listrik termurah. Panel surya memiliki masa pakai sekitar 30 tahun , dan tersedia dalam berbagai warna tergantung pada jenis bahan yang digunakan dalam pembuatannya.
Tenaga Angin
Energi angin memanfaatkan energi kinetik dari pergerakan udara dengan menggunakan turbin angin besar di daratan (darat) atau di laut atau air tawar (lepas pantai). Energi angin telah digunakan selama ribuan tahun, tetapi teknologi energi angin di darat dan lepas pantai telah berkembang selama beberapa tahun terakhir untuk memaksimalkan listrik yang dihasilkan, dengan turbin yang lebih tinggi dan diameter rotor yang lebih besar.
Meskipun kecepatan angin rata-rata sangat bervariasi berdasarkan lokasi, potensi teknis dunia untuk energi angin melebihi produksi listrik global, dan terdapat potensi yang cukup besar di sebagian besar wilayah di dunia untuk memungkinkan penyebaran energi angin yang signifikan.
Banyak bagian dunia memiliki kecepatan angin yang kencang, tetapi lokasi terbaik untuk menghasilkan tenaga angin terkadang berada di daerah terpencil. Tenaga angin lepas pantai menawarkan potensi yang luar biasa.
Energi Panas Bumi
Energi panas bumi memanfaatkan energi termal yang dapat diakses dari dalam Bumi. Panas diambil dari reservoir panas Bumi menggunakan sumur atau cara lain.
Reservoir yang secara alami cukup panas dan permeabel disebut reservoir hidrotermal, sedangkan reservoir yang cukup panas tetapi ditingkatkan dengan stimulasi hidrolik disebut sistem panas Bumi yang ditingkatkan (enhanced geothermal systems).
Begitu sampai di permukaan, cairan dengan berbagai suhu dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Di beberapa negara, teknologi pembangkit listrik dari reservoir hidrotermal sudah matang dan andal, serta telah beroperasi selama lebih dari 100 tahun.
Tenaga Air
Tenaga air memanfaatkan energi air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Tenaga air dapat dihasilkan dari waduk dan sungai. Pembangkit listrik tenaga air waduk mengandalkan air yang tersimpan di waduk, sedangkan pembangkit listrik tenaga air aliran sungai memanfaatkan energi dari aliran sungai yang tersedia.
Waduk pembangkit listrik tenaga air sering kali memiliki banyak kegunaan, menyediakan air minum, air untuk irigasi, pengendalian banjir dan kekeringan, layanan navigasi, serta pasokan energi.
Tenaga air saat ini merupakan sumber energi terbarukan terbesar di sektor kelistrikan. Tenaga air bergantung pada pola curah hujan yang umumnya stabil, dan dapat terkena dampak negatif akibat kekeringan akibat iklim atau perubahan ekosistem yang memengaruhi pola curah hujan.
Infrastruktur yang dibutuhkan untuk menciptakan tenaga air juga dapat berdampak buruk pada ekosistem. Karena alasan ini, banyak yang menganggap tenaga air skala kecil sebagai pilihan yang lebih ramah lingkungan, dan sangat cocok untuk masyarakat di daerah terpencil.
Energi Laut
Energi laut berasal dari teknologi yang menggunakan energi kinetik dan termal air laut, gelombang atau arus misalnya, untuk menghasilkan listrik atau panas.
Sistem energi laut masih dalam tahap awal pengembangan, dengan sejumlah prototipe perangkat gelombang dan arus pasang surut sedang dieksplorasi. Potensi teoritis untuk energi laut dengan mudah melampaui kebutuhan energi manusia saat ini.
Bioenergi
Bioenergi diproduksi dari berbagai bahan organik, yang disebut biomassa, seperti kayu, arang, kotoran hewan, dan pupuk kandang lainnya untuk produksi panas dan listrik, serta tanaman pertanian untuk biofuel cair. Sebagian besar biomassa digunakan di daerah pedesaan untuk memasak, penerangan, dan pemanas ruangan, umumnya oleh penduduk miskin di negara berkembang.
Sistem biomassa modern mencakup tanaman atau pohon khusus, residu dari pertanian dan kehutanan, dan berbagai aliran limbah organik.
Energi yang dihasilkan dari pembakaran biomassa menghasilkan emisi gas rumah kaca, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, atau gas.
Akan tetapi, bioenergi hanya boleh digunakan dalam aplikasi terbatas, mengingat potensi dampak lingkungan negatif yang terkait dengan peningkatan skala besar hutan dan perkebunan bioenergi, serta penggundulan hutan dan perubahan penggunaan lahan yang diakibatkannya.
(rns/rns)