
Jakarta –
Ilmuwan dari Amerika Serikat tinggal 100 hari di bawah permukaan air. Dari hasil eksperimennya, Dr Joseph Dituri mengakui ada banyak perubahan yang terjadi pada dirinya.
Dengan berani, Dituri tinggal 20 kaki (enam meter) di bawah permukaan laguna Florida. Laguna adalah air yang tertutup di belakang gugusan karang, pulau-pulau, atau di dalam atol. Dituri baru keluar dari air pada 9 Juni 2023 silam.
Melansir The Guardian, Dituri menghabiskan waktu dua bulan setengah di Jules’ Undersea Lodge, di dasar laguna di Key Largo, Florida. Tak main-main, tekanan atmosfernya lebih tinggi 70% dari permukaan. Itu berarti, Dituri seperti mempertaruhkan hidupnya.
Akan tetapi, dampak yang terjadi diklaim Dituri sangat luar biasa. Dia menyebut eksperimennya memegang kunci untuk isu penuaan pada manusia, dengan artian lain memperpanjang usia harapan hidup orang-orang.
“Saya tidak mencoba mengklaim ini akan membuat Anda immortal. Tapi kita tahu bahwa (eksposur pada peningkatan tekanan) meningkatkan proliferasi stem cell,” ujarnya.
Dia menambahkan eksperimen itu menyebabkan meningkatkan panjang telomer, dan juga meningkatkan kolagen. Tim ilmuwan pun mencoba memeriksa penuaan sel akibat uji coba itu.
“Lihat, saya berusia 55 tahun. Saya baru setengah jalan menjalani hal ini,” sambungnya.
Tekanan di dalam senyawa bawah air adalah 25 lb per square inch (kira-kira 17,5 kgf/m²) dibandingkan dengan 14,7 lb per inch (10,3 kgf/m²) di atas air. Dituri, yang meraih gelar doktor dalam bidang teknik biomedis, mengatakan itu berarti sejumlah hal mengalami tekanan, termasuk kandung kemih. Untungnya, di dalam air, segala perlengkapannya untuk hidup tersedia.
Joseph Dituri harus diantar makanannya oleh scuba diver. Foto: Frazier Nivens/Florida Keys News Bureau/Reuters
|
Sebagai peneliti dalam pengobatan hiperbarik, Dituri mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menguji darah dan air liurnya guna mengamati perubahan apa pun sebagai akibat dari habitat barunya. Ia juga telah menjalani elektrokardiogram, yang mengukur fungsi jantung, elektroensefalogram, yang merekam aktivitas otak, dan uji fungsi paru, yang menilai kinerja paru-paru.
“Kita tahu bahwa tekanan hiperbarik meningkatkan proliferasi sel punca. Tekanan ini meningkatkan panjang telomer, juga meningkatkan kolagen, dan kolagen merupakan bahan penyusun setiap sel dalam tubuh Anda,” katanya.
Telomer adalah urutan DNA yang cenderung memendek seiring waktu, yang menurunkan produksi sel dan, pada dasarnya, menyebabkan penuaan. Memperpanjang telomer dapat membalikkan proses tersebut, sementara kolagen, merupakan blok pembangun setiap sel dalam tubuh Anda.
Tak cuma hasil medis mencengangkan soal dampak bertahan hidup di bawah air selama 100 hari, Joseph Dituri juga memegang rekor dunia untuk hal itu. Dia memecahkan rekor itu setelah 73 hari tinggal di dalam air.
Penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan agar mendapatkan pemahaman lebih lanjut soal dampaknya pada tubuh manusia. Tapi, beradaptasi nampaknya memang kemampuan super manusia untuk bertahan hidup ya, detikers.
(ask/ask)