
Jakarta –
Sebuah studi yang dilakukan University of Florida menemukan bahwa sistem pembuangan air hujan di bawah Gainesville, Florida, Amerika Serikat, berisi total 35 spesies hewan berbeda, termasuk armadillo, katak, rakun, dan buaya.
Studi tersebut menunjukkan adanya pergeseran ke arah ‘lingkungan yang dimodifikasi manusia’ seiring dengan kemajuan urbanisasi dan pembangunan. Studi ini dipelopori Alan Ivory, mahasiswa Ph.D. di University of Florida.
Meskipun pergerakan tikus di seluruh sistem bawah tanah telah diteliti dengan baik, pola pergerakan hewan lain, yang menggunakan gorong-gorong dan saluran air sebagai jalur untuk menjelajahi lanskap perkotaan, masih kurang diteliti.
“Ini seperti dalam kisah Teenage Mutant Ninja Turtles. Banyaknya hewan yang hidup di sana sungguh mengejutkan,” kata Ivory dikutip dari People.
Tim tersebut melakukan penelitian menggunakan 39 kamera jejak (trail cam) yang diaktifkan oleh gerakan yang dipasang pada penutup lubang got di 33 saluran air hujan. Selama sekitar dua bulan, kamera tersebut mengumpulkan data. Sayangnya beberapa kamera menjadi korban hanyut air hujan atau dicuri dan diurusak rakun.
Buaya Amerika, yang dikenal dengan nama ilmiah Alligator mississippiensis, merupakan salah satu dari tujuh jenis reptil yang ditemukan dalam sistem pembuangan air hujan dan terdokumentasi di sebagian besar lokasi.
Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa banyak hewan menggunakan sistem pembuangan air hujan untuk menghindari menyeberangi jalan yang ramai atau area lain yang banyak dilalui manusia. Hewan lainnya, terutama hewan kecil, mungkin ditemukan di saluran pembuangan setelah tersapu oleh air limpasan.
“Dari lima lokasi, empat lokasi tempat buaya diamati merupakan gorong-gorong sederhana, dan karena alasan ini, sebagian besar pengamatan buaya dilakukan terhadap hewan yang berenang dari satu kolam ke kolam lainnya (35 dari 50 pengamatan), sehingga menghindari penyeberangan jalan raya yang ramai,” tulis peneliti.
(rns/rns)