
Jakarta –
Dalam bayangan orang-orang pada umumnya, kutu adalah hewan yang ukurannya kecil, tinggal di tubuh hewan lain termasuk di kulit kepala manusia. Nyatanya, ada kutu raksasa di laut yang bisa mengganggu hiu.
Bathynomus giganteus memang sangat berbeda dengan kutu yang ukurannya kecil. Namun ada beberapa persamaan, yakni memiliki rangka luar yang keras dan 14 kaki untuk berjalan. Hewan ini merupakan isopoda, yakni ordo dari krustasea yang meliputi kutu kayu, Ligia dan kerabatnya.
Ia adalah spesies terbesar dari sekitar 20 spesies dalam genus Bathynomus. Isopoda raksasa ini hidup di kedalaman sekitar 2 km di bawah permukaan laut yang gelap dan dingin. Di sana, ia berjalan di sekitar ‘gurun’ luas dari lumpur lunak bersama dengan sekumpulan spesialis laut dalam lainnya.
Makanan Kutu Laut Raksasa
Berdasarkan investigasi isi perut beberapa kutu laut raksasa yang malang karena terseret dari kedalaman, juga ditunjang rekaman dari kendaraan bawah air yang dioperasikan dari jarak jauh, isopoda raksasa adalah hewan detritivora.
Detritivor adalah pemakan bangkai, organisme heterotrof yang memperoleh energi dengan cara memakan sisa-sisa makhluk hidup. Ia kebanyakan memakan material hewan mati yang jatuh dari atas dan telah tercatat mengais apa saja mulai dari paus hingga sefalopoda.
Meskipun demikian, ia mungkin juga secara aktif memangsa apa pun yang dapat dikalahkannya, seperti cacing dan moluska. Bahkan, ada rekaman mengejutkan saat mereka menempel di kepala hiu kecil dan mengganggunya.
Dikutip dari Discover Wildlife, isopoda raksasa ini menemukan makanannya di kegelapan dengan bantuan antena yang sangat sensitif, sama seperti kutu kayu di darat menemukan detritus di bawah batang kayu atau batu.
Ukuran Kutu Laut Raksasa
Tidak mengherankan hewan ini disebut raksasa karena isopoda ini dapat tumbuh hingga ukuran yang sangat besar. Rekornya berada di kisaran panjang 50 cm, dengan klaim yang tidak berdasar bahwa ada individu yang bahkan lebih besar.
Isopoda raksasa menunjukkan gigantisme abisal atau gigantisme laut dalam, yakni kecenderungan hewan penghuni laut dalam untuk menjadi jauh lebih besar daripada hewan penghuni air dangkal, dari laba-laba laut hingga cumi-cumi.
Fenomena ini tidak dipahami dengan baik, terutama karena sulit untuk melakukan penelitian di kedalaman ini, tetapi diperkirakan bahwa menjadi besar memberikan beberapa keuntungan.
Satu teori menyatakan bahwa gigantisme abisal disebabkan oleh jumlah oksigen terlarut yang lebih signifikan yang tersedia bagi hewan di kedalaman. Sebaliknya, ukuran invertebrata darat diperkirakan dibatasi oleh kadar oksigen atmosfer yang lebih rendah, dikombinasikan dengan kemampuan mereka yang terbatas untuk menyerap oksigen ke dalam tubuh mereka karena mereka tidak memiliki paru-paru.
Teori lainnya adalah bahwa dataran abisal sangat luas, dan hewan yang hidup di sini harus mampu bertahan hidup untuk waktu yang lama tanpa menemukan makanan. Tubuh yang besar berarti dapat secara efektif mengisi perut saat ada kesempatan dan menyimpan sumber daya tersebut.
Ketika individu isopoda raksasa makan, mereka sering kali mengonsumsi begitu banyak hingga tidak dapat bergerak, yang mengarah ke kemungkinan penjelasan lain untuk raksasa laut dalam: semakin besar ukurannya, semakin sedikit predator yang dapat menerkamnya.
(rns/afr)